Sisi intoleransi di Indonesia memang Mahfud terlihat gamang dan tidak jelas. Abu-abu yang bisa jadi adalah potensi untuk menarik mereka agar bisa ikut mendukung. Hal demikian sih sah-sah saja dalam politik. Potensi pemilih jangan dijadikan musuh.
Kedekatannya dengan Timur Tengah dan pemahamannya mengenai kawasan itu menjadi penting bagi bangsa dan negara ini. Mahfud paham dengan permainan negara-negara itu, sebagaimana ia nyatakan akan ada dana besar dari sana untuk membuat Indonesia tidak baik-baik saja. Itu semua terbukti dengan baik. Antisipasi pas dan berdaya guna.
Duet dua ini juga saling mengisi terutama untuk sisi usia. Matang dan bijaksana digabungkan dengan relatif muda yang memiiki akselerasi dan kemampuan berlari yang kuat untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain, setelah tanpa kendali berpuluh-puluh tahun di masa lalu.
Keduanya paham betul dengan apa yang Jokowi dan pemerintahan saat ini kehendaki. Jadi, mereka bisa  menjadi jaminan bahwa akan melanjutkan pembangunan yang sudah terlihat amat baik. Jangan sampai berhenti atau dimangkrakan malahan.
Jaminan bagi pemerintahan saat ini yang perlu jaminan keberlanjutan dan kontinuitas, sehingga 24-29 bukan kembali membangun fondasi ala pembangunan masa lalu. Tren mamu terus, bukan stagnan atau  bahkan mundur.
Jangan sampai apa yang sudah Jokowi dan jajaran rancang itu sia-sia karena di tangan orang yang tidak tepat, kurang mumpuni, dan tidak mampu bahkan. Kerja sama yang bagus ke depannya.
Pengalaman mereka berdua di legeslatif sangat membantu untuk membangun komunikasi yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya, Jokowi sangat bagus membangun, tetapi juga sering terhambat oleh keberadaan DPR. Adanya Ganjar-Mahfud, semoga kendala itu bisa berkurang, dan bahkan ada perbaikan yang lebih lagi di masa-masa mendatang.
Penegakkan hukum yang demikian lemah, malah cenderung amburadul hari-hari ini, dengan kehadiran Mahfud bisa menjadi harapan baik. Paham betul roh dan jiwa hukum di semua lembaga peradilan, sangat membantu peran perbaikan, selama ini belum tersentuj oleh Jokowi karena fokus yang berbeda memang.
Infrastruktur hanya tinggal melanjutkan, bukan lagi porsi utama. Kini, saatnya membangun manusia. Bagaimana manusia Indonesia yang bermartabat, lebih berkualitas, kemampuan religius juga berbanding lurus dengan kemampuan riset dan ilmu pengetahuan. Tidak seperti hari-hari ini.
Harapan baik bagi bangsa dan negara ini untuk ke depannya, duet yang ideal dari segi usia dan kemampuan. Komunikasi massa keduanya juga sangat baik. Mumpuni untuk menarik publik dan pemilih. Lugas, cerdas, namun tidak kaku itu nilai lebih bagi mereka. Berhadapan dengan kompetitornya juga tidak memalukan.
Pilpres makin dekat, dan makin jelas orang-orangnya, akan makin asyik apa yang terjadi ke depannya. Selamat untuk GoFud, candaan yang mulai membanjiri media sosial.
