Mengapa Andi Arief kini membawa nama Yenny Wahid?
Pertama, jelas Demokrat, AHY-SBY, dan juga Andi Arief sendiri masih berharap banyak dengan undangan Puan Maharani itu akan membawa sebuah tawaran indah. Jelas lebih membahagian dan bergengsi bersama partai terbesar saat ini.
Tentu saja harapan ini dengan berselubung tidak berani terang-terangan karena pastinya tidak akan menutup peluangnya untuk tetap bergabung dengan koalisi awal bersama Nasdem dan PKS. Ini sangat jelas terbaca.
Kedua, memberikan keleluasaan untuk koalisi Anies Baswedan, tanpa perlu lagi memaksakan AHY untuk berposisi sebagai bakal calon  wakil presiden di koalisi ini. Seolah lebih moderat, memberikan keleluasaan, dan kebebasan untuk bisa menjadi partai yang berjiwa besar.
Namun apakah seperti itu? Poin ketiga, apakah yakin Demokrat masih akan bersama-sama dengan dua koleganya sekian bulan itu, ketika tidak mendapatkan posisi sebagaimana mereka sekian lama harapkan?
Apalagi jika benar digandeng PDI-Perjuangan jelas sudah tidak akan bersama-sama. Pastinya mereka akan bedol desa dan pindah haluan. Rekan koalisinya kelimpungan pastinya.
Melihat beberapa aksi dan pernyataan Demokrat akhir-akhir ini kog terasa banget kalau mereka  ini sebenarnya sedang galau, menantikan keputusan dari pihak-pihak yang lebih gede untuk menentukan masa depan ketua umum partainya itu.
Padahal sebegai partai pernah memimpin negara ini dua periode tidak perlu gamang begitu. Â Jika memang yakin bahwa AHY itu mampu menjadi apa saja ya perjuangkan dengan sekuat tenaga, bukan malah seperti sekarang ini.
Lihat saja ketika mendapatkan undangan dari PDI-Perjuangan sampai mimpi berjalan-jalan tiga presiden dengan naik kereta. Eh, tidak lama kemudian malah membuat buku yang menohok calon rekan bersamanya. Â Ini memperlihatkan kegalauan dengan sikap yang kontraproduktif. Sabar sedikit jauh lebih bijak dan elegan, partai besar lho.
Membawa nama Yenny Wahid itu juga sebuah blunder besar bagi seolah penanggung jawab pemenangan pemilu. Jika benar disambar Anies, PKS, dan Nasdem, apa yang akan terjadi? AHY tersingkir. Apakah masih cukup waktu untuk mengajukan proposal pada koalisi lain?
Benar, bahwa kedua partai itu akan membutuhkan Demokrat  juga, namun AHY mau jadi apa? menawar menjadi menko di pemerintahan mendatang jika menang? Apa ya cukup segitu saja, itu pertanyaan terbukanya.