Jauh lebih banyak cakap mengritik usulan pemerintah. Memboikot, dan menyabot apa yang ditawarkan pemerintah. Miris sebenarnya, malah mendengar minta fasilitas seperti ini.
Ketujuh. Salah satu fundamen beragama adalah menyingkirkan keburukan dan kejahatan. Salah satu yang paling parah itu korupsi. Lha faktanya RUU Penyitaan Aset mandeg di kamar dewan. Bagaimana mereka  mau berhaji, baca beribadah jauh-jauh namun menyembunyikan kebusukan di dalam kamarnya sendiri.
Ini persoalan serius. Bagaimana pembangunan negeri ini dirongrong bandit-bandit berdasi, dan payung hukum yang  mau dibuat malah dihambat. Hoiiii bangun, dan sadar, jangan karena ibadah, ritual, dan kata-kata kesalehan namun abai keadilan dan kebenaran di depan mata.
Masih juga minta fasilitas, padahal gaji, tunjangan, uang ini dan itu untuk berangkat haji lima kali pun masih cukup. Tamak.
Kedelapan. Ternyata masih perlu banyak literasi, bagaimana hidup baik itu tidak sekadar, tidak cukup hanya karena ritual keagamaan dipenuhi. Â Jika saja, sedikit saja orang-orang di negeri ini menyadari bahwa beribadah, namun juga masih berbuat maksiat itu malu, negeri ini jauh lebih maju dari apa yang sedang kita jalani hari-hari ini.
Kesembilan. Mengaku religius, antri beribadah puluhan tahun, baca diwakili anggota dewan dengan minta kursi sehingga cepet, namun fitnah, hoax, pemutarbalikan fakta terjadi di mana-mana. Mereka berseru-seru dengan sangat merdu dengan propaganda dibalut bahasa agamis, padahal laku iblis yang ada.
Kesepuluh. Apakah yang tertera di atas bisa dibantah? Jika iya silakan tulis, jangan hanya koar-koar dan melakukan intimidasi, copot label, dan hapus artikel.
Beragama itu harusnya lebih bijak, lebih manusiawi, lebih baik dalam tutur kata, perilaku, pilihan mengarah kepada kebenaran. Lha ini malah sebaliknya. Gembar-gembor, dikit-dikit penistaan agama, namun maling, menebarkan hoax, dan memelintir fakta demikian saja, tanpa merasa bersalah. Lha ke mana itu ibadah dan ritual keagamaan yang dijalani?
Egoisme itu ciri iman yang masih dangkal. Nah, kebanyakan orang negeri ini masih demikian. artinya, ritualnya berhenti pada titik itu, bukan mengubah perilaku menjadi lebih baik. Kanak-kanak dalam tubuh dewasa. Miris.
Kesadaran, semakin tinggi keimanan, hidup beragama, orang seharusnya jadi lebih bijak, toleran, membumi, meringankan beban orang lain. Tidak malah   sebaliknya, menyusahkan hidup pihak lain sebagai kebaikan, berteriak menuding pihak lain sesat, padahal dirinya sendiri juga belum paham.
Ritual dan hapal itu baik adanya, namun tidak cukup tanpa adanya amalan, penggunakannya dalam perihidup yang lebih baik dari hari ke hari. Kapan ya keadaan itu terjadi?