Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasdem dan Demokrat Memanas Gegara AHY

12 Juni 2023   14:41 Diperbarui: 12 Juni 2023   14:47 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasdem dan Demokrat Memanas Soal AHY

Koalisi paling lama deklarasi ternyata hingga hari ini belum solid juga. Malah cenderung makin menurun elektabltas calon mereka. Hal ini yang membuat partai jebolan Golkar dan memilih warna kebesaran biru ini gusar. Mereka berbalas pantun dan merasa diri lebih baik satu sama lain.

AHY dan Demokrat merasa bahwa kepastian bakal calon presiden yang sudah lebih satu semester belum ada itulah biang keladinya.  Respon Demokrat itu ditanggapi oleh elit Nasdem dengan mengatakan Demokrat hanya memaksakan kehendak agar AHY  dijadikan bakal calon wapres.

Sikap dan tanggapan PKS yang lebih menarik, ketika sikap AHY dan Demokrat itu bukan pemaksaan, hal yang wajar. Malah Nasdem sendiri yang menanggap itu sebagai sebuah pemaksaan kehendak. PKS menilai koalisi tidak ada paksa memaksa.  Padahal mereka awalnya bersaing untuk memperoleh satu kursi pendamping mantan Gubernur Jakarta itu.

Lebih pas jika PKS dan Demokrat yang panas dalam perseteruan itu lebih wajar. Mereka berebut kursi sebagaimana PKS mengajukan Aher dan AHY dari Demokrat. Nasdem malah memberikan opsi berbeda dengan menyodorkan nama dari luar anggota  koalisi.

Pemikiran dasarnya sih baik, biar lebih solid, ketika jauh lebih adil, bukan berpikir mengenai calon masing-masing. Pihak lain merasa tidak dihargai, ada kesamaan di dalam koalisi. Hal yang bagi Demokrat adalah aneh dan lucu.

Keadaan lebih memanas, ketika PDI-Perjuangan menyebut bahwa AHY masuk dalam radar bakal calon wakil presiden untuk Ganjar Pranowo. Lamaran dari bakal calon presiden Anies Baswedan belum juga mewujud secara nyata, wajar partai banteng moncong putih itu mengontak dan membicarakan berbagai peluang yang ada.

SBY sudah merespons dengan sangat baik.  Itikad atau kehendak baik untuk mengundang berbicara, pasti akan baik adanya.  Biasa bahasa politikus ketika ada maunya pasti yang akan bicara normatif banget.

Capres dari koalisi lain, Prabowo juga rupanya tidak mau ketinggalan kereta. Mereka juga memiliki keinginan untuk menyandingkan mantan bintang tiga dan melati satu itu dalam sebuah gelaran pilpres.

Sebenarnya apa yang dinyatakan AHY-Demokrat dan PKS itu tidak seluruhnya benar. bagaimanapun ketiga bakal calon presiden sama sekali belum ada yang menyebut bakal capresnya secara spesifik, apalagi resmi. Toh elektabilitas mereka masih normal bahkan meninggi. Hanya Anies yang merosot. Artinya asumsi bahwa wakil presiden yang belum disebut tidak sepenuhnya tepat.

Apa yang kader Nasdem nyatakan, bahwa AHY memaksakan diri menjadi, atau kudu, harus mendampingi Anies Baswedan juga tidak ada salahnya. Cenderung tepat malahan. Namun tidak dibarengi dengan branding yang sepadan. Lihat saja baliho keluaran partai mersi sama sekali tidak ada yang memampang wajah mantan menteri pendidikan itu.

Apa yang          Nasdem nyatakan itu pasti juga memiliki dasar dan asumsi yang tidak main-main. Mengapa demikian?

Tidak akan berani spekulatif dengan keadaan yang tidak mudah. Demokrat hengkang, pencalonan yang sudah dideklarasikan lama ini pun pupus. Padahal dana safari politik sudah sangat besar. Lihat saja usai ketangkepnya Johnny Plate tidak berseliweran jet pribadi dalam safari politik.

Tarik menarik yang sangat sengit, karena masih memegang egosime masing-masing, kepentingan partai bukan bicara koalisi. Ini simalakama, siapa kerja keras siapa dapat dampak baiknya, dan siapa yang malah hanya kerja bakti. Kalkulasi yang sangat cermat dilakukan para pelaku di dalam koalisi itu.

Demokrat yang jauh lebih untung, dibandingkan Nasdem. Mereka punya AHY yang akan menjadi bakal calon presiden. Keadaan tidak kondusif bisa jadi RI1 yang pastinya akan sangat menguntungkan. Nasdem tidak akan dapat apa-apa.

Sama juga jika menang, pada periode mendatang, 2029, AHY pasti sudah sangat  kuat dan bisa menjadi calon sendiri. Yang kerja keras sejak awal Nasdem, yang akan panen AHY dengan Demokrat. Hal yang tentu saja membuat partai restorasi ini berpikir berkali ulang.

Wajar juga ketika Anies Baswedan sebagai bacapres juga terkesan dingin dengan antusiasme AHY dan Demokrat. Ia dan mereka pasti merasa jangan sampai memelihara  anak macan yang bisa mengambil alih keadaan. Apakah ini tidak dalam kalkulasi politik Nasdem? Pasti.

Melihat apa yang dipolemikan selama ini malah cenderung memperlihatkan ketidaksolidan itu memang tidak terjembatani dengan baik. Plus orang Nasdem yang kehilangan arah sehingga seriap kader berbicara yang kadang-kadang bertolak belakang satu sama lain.

Lihat saja sejak  awal yang mengatakan Anies Baswedan antitesis Jokowi kemudian dibantah, namun toh makin kuat bahwa ini memang jiwa dari koalisi mereka dengan tagline perubahan. Tidak bisa disangkal.

Pun keadaan akhir-akhir ini dengan istilah pemaksaan, dan seterusnya, keadaan memanas yang tidak tepat bagi kerjasama politik yang makin mendekati puncak. Nasdem tidak ada ruginya sama sekali, paling modal di awal.

Konsentrasi mereka bisa jadi memperbaiki kondisi partai, hitung-hitungan mereka dengan penangkapan Johnny Plate kemarin susah melepaskan diri dari  cap kandang korup baru.  Kondisi yang sangat berat. Memilih melepaskan pencapresan dan konsentrasi pada partai sendiri jauh lebih kondusif bagi mereka.

Bayangkan, jika memaksakan diri mengajukan  Anies AHY, misalnya, atau Anies-Aher, mereka hanya memberikan panggung bagi partai  lain, tanpa mereka mendapatkan effek dari calon yang mereka besarkan.

Dampak besar bagi Nasdem tidak ada dalam pencapresan. Kondisi yang tentu tidak baik-baik saja. Tunggu saja bagaimana angin akan berembus di musim kemarau ini. Makin panas, tambah  asyik.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun