Mengasah Kemampuan. Awalnya hanya iseng, mengisi waktu luang dengan membaca dan kemudian pengin ikutan menulis. Keterusan bahkan menjadi hobby dan malah meningkat menjadi profesi. Sangat di luar kendali dan perkiraan sama sekali.
Berlanjut untuk kemudian menjadi narsum dalam kegiatan menulis. Lha padahal hanya mengubah 26 huruf untuk menjadi kata, kalimat, paragraf, dan kemudian tulisan utuh. Hanya sesederhana itu.
Konsisten dan kontinyu. Kini, masih menulis di tiga blog minimal dan beberapa lagi yang sedang tiarap. Salah satu kuncinya adalah berani dan bertekad untuk konsisten, misalnya menulis satu artikel per hari, atau berapa dalam rentang waktu. Itu sangat membantu mesin pencari untuk memasukan nama kita.
Kontinu itu terus menerus, bukan moodi, kalau pas mood sehari menulis tiga, nanti empat hari lagi baru menulis lagi. Tidak demikian, jika memilih begitu, susah dikenal bahkan oleh mesin pencari.
Hadapi konflik. Dulu, Orba itu jelas  jangan menyinggung Soeharto, jelas dengan kebijakan, keluarga, atau bisnisnya. Kini, bukan siapa-siapa saja sudah bisa mengancam, mengatur, mengitimidasi, dan meneror. Pernah ada pesan melalui media sosial, pesan sih bukan sebuah teror atau sejenisnya. Mengatakan, mbok kalau menulis partai biru itu yang obyektif. Jelas tidak pasti mana obyektif dan subyektif itu.
Menulis, apalagi opini, di tengah eforia demokrasi dan kebebasan bersuara itu jangan takut konflik. Hadapi, sepanjang datanya ada, bukan ngehoax, dan juga tidak mengada-ada. Opini membutuhkan   logika, kewarasan, dan juga pemikiran yang jernih. Kalau tidak hati-hati bisa jadi nyinyir dan waton sulaya.
Salah satu dinamika yang sangat susah itu hatter di kanal politik terutama. Sejak tercipta cebong-kampret, berlanjut cebong kadrun, lapak bisa sangat panas. Jauh dari esensi tulisan bisa terjadi.
Berani. Kadang jerih juga menulis, karena bisa tiba-tiba hilang label, atau bahkan tulisan, posisi aneh dan tidak seimbang, penulis mengungkapkan ketersinggungan itu tidak boleh, yang boleh seenaknya itu elit sampai serendah-rendahnya, penulis kudu lapang dada. Salah dua artikel dibredel karena penulis tersinggung atas pernyataan elit. Satunya laposan sangat halus oleh pihak yang berseberangan, padahal esensi tulisan dan komentar itu jauh berbeda, bahkan 1800 .
Risiko itu bagian utuh atas tulisan. Tidak perlu takut dan khawatir dengan itu. Sepanjang tidak salah dan masih logis ya lakukan saja, tidak perlu takut dan gentar. Itu yang membesarkan diri kita. Mau hapus label atau tulisan toh kapasitas kita tidak berkurang.
Termasuk di sini gaya becanda pihak lain, mau dianggap bully atau dukungan, itu tergantung kita menerima itu. Pilihan ada  di kita.