Lebih menarik mie dari pada buku. Wajah dan postur pengunjung kelas mahasiswa, artinya asupan bacaan masih perlu banyak-banyak, toh di tengah antrian tidak ada yang membawa buku.
Lebih tepat, buku mahal sehingga tidak terjangkau, bukan karena banyaknya bajakan semata, namun karena minat baca yang sangat minim. Ini yang perlu dibangun, budaya baca.
Mengutuk PLN karena listrik mati bukan solusi, namun menemukan lilin minimal bisa membantu. Nah di sini, dalam konteks perbukuan juga senada. Bagaimana menciptakan kebiasaan membaca lebih tinggi, sehingga minat membeli buku juga meningkat, sehingga harga bisa lebih terjangkau.
Memberikan subsidi pada penerbitan buku, selama ini banyak subsidi untuk gaya hidup dalam bentuk subsidi BBM. Alangkah mewah dan indahnya jika subsidi penerbitan buku bisa menjadi sebuah model sehingga buku menjadi murah. Ingat murah bukan berarti murahan lho.
Perpustakaan saja sepi kog. Mahasiswa ke perpus hanya kalau mau menggarap skripsi. Artinya lagi-lagi minat baca sangat rendah.
Pemaksaan. Suka atau tidak, pembiasaan itu dengan cara pemaksaan terlebih dahulu. Kebiasaan itu perlu diciptakan. Nah kemauan menjadi penting, bagaimana anak-anak gemar membaca.
Keteladanan, contoh. Orangtua, guru memegang peran penting. Jauh lebih asyik main media sosial, padahal masih banyak hal baik, dengan membaca buku misalnya. Coba berapa keluarga yang membiasakan membaca bersama, kalau main hape bersama-sama sih sudah jamak.
Kadang juga jarang kog orang mengembangkan diri dengan membaca apa yang di luar bidang keilmuannya. Misalnya guru membaca buku psikologi, atau karyawan membaca buku pendidikan. Tidak menjadikan keahlian tentunya, namun mengembangkan diri.
Siswa diajak untuk rutin membaca dan menuliskan ulang apa isi dari bab atau buku itu dalam periode tertentu. Guru pengampu Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris sangat layak menjadi agen kegiatan membaca, kemudian diminta menuliskan ulang apa yang mereka pahami dari bacaan itu.
Kerja keras bukan hanya saling tuding dan hujat. Jauh lebih penting melatih kebiasaan membaca. Membeli buku, memaksa untuk menyelesaikan dalam batas waktu tertentu dan jika mungkin menuliskan ulang dalam bentuk singkat. Ini sebuah upaya kecil jika dilakukan dalam sebuah gerak bersama, bukan berarti tidak terjadi keajaiban.
Begitu banyak waktu luang hanya mencari informasi, berita politik, gosip artis, atau khabar kawan yang sering juga tidak cukup penting. Banjir data yang malah bisa menjadi bencana, sakit hati, caci maki, atau asyik komentar di mana-mana semua media sosial, lha coba toh membaca.