Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Agnes ABG yang Mengguncang 300 T di Kemenkeu

9 Maret 2023   13:52 Diperbarui: 9 Maret 2023   13:54 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agnes, ABG yang Mengguncang Transaksi 300 T di Kemenkeu

Kisah tragis penganiayaan ABG  David melebar ke mana-mana. Kementerian Keuangan RI yang sedang pusing tujuh keliling karena perilaku ugal-ugalan anak-anak ABG. Mereka tentu selama ini adem ayem. Target penerimaan negara aman.

Tiba-tiba saja membakar kantor pajak, ketika gaya hidup salah satu terduga pelaku penganiayaan, Mario, pacar Agnes terkuak suka menggunakan barang-barang mewah dan ditayangkan melalui media sosial. Semua kini tiarap.

Apakah Mario baru saja, usai atau sekitaran penganiayaan menayangkan tampilan dirinya dengan barang-barang mahal? Pastinya tidak. Cukup lama, netizen hanya mbatin dan kadang ada juga yang pengin. Semua hanya diam, apakah atasan Bapak Mario alias Rafael tidak tahu? Bisa juga tahu, diam saja, karena toh tahu juga apa yang mereka buat.

Kini, malah lebih parah lagi Menkopolhukam, Mahfud MD mengatakan ada pergerakan uang 300 T. Bayangkan itu setara dengan separo anggaran Pendidikan nasional dalam satu tahun, atau dua kali lipat dari anggaran pertahanan dan Kemen PUPR yang getol membangun di mana-mana. Itu perbandingan dalam setahun untuk negara, padahal uang sebesar itu hanya untuk 460 orang.

Berapa kayanya orang-orang ini, potensi memikili uang segitu gede. Berimbang dengan anggaran negara, setahun, untuk membeayai ratusan juta orang. Apakah uang yang bergerak itu untuk negeri ini? Jelas bukan.

Konon, untuk Rafael saja ada 500 M untuk ber-40 saja. Betapa kaya rayanya mereka ini, Padahal  elit negeri yang sok oposan mengatakan, negara utang terus. Padahal yang omong itu juga pernah menghadapi badai dan bahkan bom waktu kasus pajak. Artinya, ini bukan barang baru, namun hanya bisa menggoreng utang negara saja.

Viral. Bisa dibayangkan, jika tidak viral dan netizen ngulitin gaya hidup Mario, semua masih adem ayem. Laporan sejak 2009 itu ya berjalan begitu saja, menguap dan masih pada pesta pora di balik meja dan gaya hidup mewah birokrat ngaco itu. Pemerintah ngos-ngosan  membangun mereka ngos ngosan karena kekenyangan.

Coba tidak ada rengekan Agnes pada Mario, tidak akan ada ledakan informasi beredar uang 300 T, 500 M di tangan 40-460 orang saja. 2009 sampai 2023, 14 tahun mereka berpesta, pamer, dan baik-baik saja, semua aman terkendali dalam hidup dengan gaya yang sangat tinggi.

Inspektorat. Miris, apa fungsi dan tugas mereka ya? Atau karena sudah tahu sama tahu, akhirnya mereka  hanya akan memproses ketika sangat heboh, atau salah satu keapesan mereka ya viral ini. ke mana saja mereka coba? Di depan mata mereka lho ini.

BPK.   Opini yang dikeluarkan oleh lembaga negara mengenai keuangan, namun sering ngaco. Berapa saja bupati gubernur yang mendapatkan WTP namun kecokok KPK, atau yang diberi catatan padahal kinerjanya bagus.

Sayang, mereka tidak pernah menjadi tuntutan ketika ada masalah keuangan. Mereka diam seribu bahasa, padahal opini mereka sering menjadi jargon kesuksesan. KPK, kejaksaan, kepolisian yang sering dituntut dan dilabeli mandul, padahal BPK jauh lebih buruk, dan malah didiamkan.

Pers. Menglaim diri sebagai pilar keempat demokrasi, memberikan tekanan pada kasus-kasus khusus, namun mereka biasanya hanya mengekor yang sudah viral di media sosial, baru mereka ikut-ikutan. Padahal, jika mereka benar-benar menjalankan tugas mereka sebagai pembela kebenaran, pasti mereka menjadi pilar benar-benar pilar, bukan sekadar tiang kecil yang mudah terbawa angin.

Kini, tugas mereka malah mengekor pelaku media sosial, mereka hanya nyanggongin medsos artis-artis media sosial, mereka kutip tambah sana-sini jadilah berita. Hal  yang sama terjadi dengan kasus-kasus viral lainnya.

Memang tidak ada yang salah dengan cara mendapatkan berita dengan cara demikian. Namun, toh mereka sebenarnya bisa jauh lebih mumpuni dan menjadi pilar demokrasi benar-benar jika mau sedikit saja kerja keras.

Penghargaan akanh, bukan pada karakter. Lihat saja di lingkungan kita, bagaimana orang memuja dan menjadikan kadar penghormatan itu harta atau kekayaan. Orang kaya akan mendapatkan tempat terbaik, dihormari, dan menjadi pusat perhatian. Padahal hartanya dari mana belum tentu dengan cara yang bener.

Penghormatan akan kepemilikan, gelar agama yang tidak selaras dengan perilaku. Ini sudah seharusnya ditanggalkan. Orang mendapatkan penghargaan dan kehormatan ya karena kerja keras, jujur, rajin, dan penuh semangat dalam bekerja.

Tidak ada yang salah dengan kekayaan, harta benda, dan kepemilikan. Keliru ketika cara mendapatkannya dengan cara yang salah, kriminal, dan atau merugikan orang lain dan atau negara. Mosok membedakan ini saja tidak bisa.

Memahami agama secara salah,  Agama semata  ritual, bagaimana hafal, fasih mengutip  kata-kata suci, tapi berlaku maling, garong, penghisap darah rakyat dan negara mereka tetap saja mendapatkan penghormatan. Padahal ini kan perilaku munafik, tidak seharusnya demikian.

Satunya kata dan perbuatan masih terlalu jauh. Begitu banyak dan dominan, bagaimana para penyitir kata-kata saleh dan suci itu juga maling. Miris. Beragama namun tidak berbuah.  Tidak seharusnya demikian ini, sebaliknya, semakin tinggi mutu rohani harusnya lebih baik dan bijak, bukan malah bejad.

Agnes, kesalahan ABG yang membawa dampak luar biasa. Penganiayaan oleh Mario membuka tabir tayangan medsos dan ujungnya kemenkeu dan ditjend pajak terbakar.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun