Skema permainan di klub Indonesia sama sekali tidak ada pola yang relatif mendukung skema permainan timnas. Mau skema, lha pemain saja tidak dilepas membela timnas. Mana mau mereka berfikir  mendukung melalui skema permainan.
Lebih ironis lagi pelatif kelas atas dunia, Luis Milla dan Sin Tae Yong  mengatakan, jika pemain Indonesia rata-rata tidak paham bermain bola, mengoper, menggiring, menyundul, dan mengoper bola. Ini adalah dasar pemain profesional.  Pelatihan paling dasar.
Bisa dibayangkan, bagaimana pemain negeri ini bisa bicara banyak di kancah yang lebih tinggi, ketika hanya mengandalkan naluri bermain anak-anak tanpa tahu teknik yang baik dan benar dalam bermain.
Penanganan fisik yang masih jatuh bangun, selalu mencari pembenar mengenai tinggi pemain, toh sudah terbukti itu tidak signifikan. Leonel Messi relatif sama pendeknya dengan pemain-pemain negeri ini. Toh bisa  berbuat banyak.
Belum lagi jika bicara pola makan, latihan, dan kedisplinan, itu adalah modal dasar pemain besar. Ronaldo saja menambah jam berlatih, makan sangat terjaga. Bagaimana bisa pemain sini malah nyolot ketika dikomentari cara makannya.
Terlalu banyak orang merasa bisa, namun kurang bisa merasa. Berlomba-lomba melamar jadi pengurus, namun sama saja juga hasilnya. Pas menang mengaku-aku ikut berjasa, pas kalah ikutan paling kenceng minta pelatih dipecat.
Jarang memberikan apresiasi atau dukungan pada siapa yang sedang memegang kendali, malah cenderung memusuhi dan mengincar untuk menggantikan. Padahal capaiannya juga masih jauh lebih buruk. Terlalu banyak omong dan komentar semata.
Jika hal-hal di atas masih dominan, mau ganti pengurus sekaliber Samuel Etoo atau pelatig Pep Guardiola, juga tidak akan jauh-jauh dari final AFF. Mental.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H