Ingat, jauh lebih gede penduduk di pinggiran dari pada yang perkotaan. Artinya, pola pikir itu belum akan melanda secara masif di berbagai daerah di negeri ini.
Usia pernikahan yang meningkat, jauh lebih tua dari beberapa tahun lalu. Ini juga sedikit banyak bisa dipatahkan. Â Amatan saya, malah mulai turun lagi, usia pernikahan jauh lebih muda dari pada masa-masa 90-an atau awal 2000. Lulus SMA kerja pabrik, menikah dengan rekan kerja mereka. UMR saja sudah cukup bagi model yang berpikiran sederhana ini. Asumsi pribadi, pengalaman di lingkungan sih.
Masih ramai perbincangan, bahkan iklan tawaran kelas seminar poligami. Nah, apa iya mereka ini tidak ngapa-ngapain, memiliki bini sampai empat? Gak percaya lah.
Pernyataan resesi seks perlu dikoreksi. Jika resesi keluarga dan keturunan masih juga perlu diperdebatkan. Masih terlalu jauh jika bicara sebagaimana Jepang, Korea, atau Singapura. Hiburan anak negeri ini masih seputar perkelaminan.
Ingat, bagaimana heboh UU KUHP yang baru. Kontroversinya juga soal  persetubuhan. Mosok hal yang masih menjadi fokus pembicaraan dan juga diatur sedemikian detail itu adalah resesi?? Tidak yakin.
Jepang itu industri pornografinya sangat tinggi. Benar, mereka resesi anak, namun bukan resesi seks. Mereka menempatkan seksual dan perkelaminan itu pada ranah privat, bukan soal susila. Tidak akan ada kehebohan di sana, ketika ada porstitusi.
Di sini lokalisasi pada ditutup. Padahal via aplikasi malah menjamur.  Mosok  gak dengar ada polisi muda mati ditusuk karena pesanan layakan seksual onlinenya dibatalkan. Siapa tidak mangkel, ketika photo profilnya jauh dari keadaan aslinya. Eh si penjual jasa marah dan  menusuk si  calon konsumennya.
Ini asli, Â faktual, dan ada di mana-mana. Seolah-olah paling moralis, mengatur perkelaminan dalam pasal-pasal hukum positif, tapi di mana-mana masih marak persoalan kekerasan seksual. Belum lagi anggota dewan yang ketahuan menonton film porno ketika sidang. Ingat, ini bukan soal menonton film pornonya, namun waktu menonton, dan teriakan-teriakan moralis dari kolega mereka satu partai yang tidak sejalan.
Apakah resesi seks akan terjadi di Indonesia? Masih terlalu jauh. Apalagi masih  banyak  anggapan bahwa hubungan badan, hubungan seksual itu termasuk pada bagian dari ibadah. Mendapatkan pahala. Lihat saja ada seorang tokoh agama yang menyarankan istri mengajak suaminya bersetubuh 17 kali sehari. Kapan kerjanya coba.
Jika resesi anak, masih sangat mungkin. Belum dalam waktu dekat juga akan terjadi di Indonesia. Masih terlalu elitis yang memahami anak itu perlu investasi besar untuk sekolah, kesehatan, dan kebahagiaan mereka.
Masih pada kalangan tertentu dan  cenderung elitis, pekerja yang perlu berhitung soal waktu, beaya, dan perhatian yang sangat sulit. Padahal masih banyak yang yakin dengan slogan banyak anak banyak rezeki, anak membawa rezeki sendiri, Tuhan mengatur, kita menjalani. Belum lagi yang mengaitkan hubungan badan sebagai bagian dari ibadah.