Mabuk-mabukan jelas sudah sejak lama kebiasaan itu, jauh sebelum pendidikan sudah. Tidak mungkin baru tahu minuman setelah bekerja. Pun yang jenderal, pemarah, penjual barang bukti, itu jelas sudah ada karakter demikian. Test psikologi sangat menentukan. Â Benar bahwa di perjalanan karir bisa saja tidak sejalan dengan apa yang pernah diujikan.
Paling tidak, bisa meminimalisasi potensi tamak, suka kekerasan, dan tidak taat aturan. Susah percaya mekanisme rekruitmen seperti yang seharusnya.
Penegakan hukum dan aturan yang lemah. Penyelesaian masalah mau pidana atau perdata sangat lemah. Paling yang di  Medan ini nanti hanya pembinaan, dan potensi mengulang sangat besar. Alasan masih muda, masih bisa berubah, namun malah menjadi lebih jahat bisa jadi. Pun yang berpangkat, biasanya jaringannya melindungi dan meloloskan mereka.
Kebanggaan korp yang berlebihan dan keliru. Sama juga beragama secara fanatik. Agamanya benar, sangat benar, hanya orang atau umatnya kan bisa salah, sama dengan korp. Lembaganya sangat benar, orang atau anggotanya kan bisa salah. Nah pemahaman ini yang sering kacau. Menegakkan aturan bagi anggota itu kan harus, bukan malah menyembunyikannya, malah jadi pembusukan untuk lembaga.
Hal yang terus terjadi, sehingga tidak pernah selesai dan makin runyam. Makin buruk dan busuk karena memahami secara keliru.
Saatnya bebersih, kalau memang harus menghukum anggota, mau pangkat tinggi atau rendah ya lakukan. Tidak perlu  tebang pilih. Penegakan hukum sangat penting dan mendesak.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H