Anies-AHY, Bukti Parpol Lebih Berkuasa dari BaCaPres
Belum lama Anies Baswedan mengatakan jika AHY dan Demokrat belum cukup kuat menjadi mitra koalisi. Keberadaannya belum cukup  membantu dalam gelaran pilpres. Pemikiran yang sangat logis, jika bicara hitung-hitungan angka di atas kertas.
Tiba-tiba koalisi dini PKS-Demokrat-Nasdem menyodorkan AHY yang baru saja dikatakan bacapres sebagai kurang memadai. Belum lama Anies juga mendatangi Andika Prakasa. Jelas ini adalah safari politik. Apakah di luar koordinasi dan komunikasi dengan partai pengusung?
Bisa jadi, model Anies yang seperti  itu , tingkahnya sih sangat mungkin terjadi. melangkah sendiri lepas dari kehendak da n pikiran partai politik. Tentu berbeda kalkulasi antara politikus dan partai politik.
Siapa yang bisa tahu pembicaraan di belakang layar? Kadang bagian dari mereka pun bisa tidak tahu. Dalam konteks ini Anies Baswedan juga tidak diberi tahu. Rumitnya politik.
PKS dan Demokrat tentu saja akan menyorongkan nama dari pihak masing-masing untuk menjadi bakal calon wapres. Sangat menarik, belum lama Anies mengatakan jika AHY dan Demokrat belum memenuhi syarat. Kog tiba-tiba Nasdem, Surya Paloh malah berjumpa dengan AHY. Jauh hari SBY sudah berjumpa dengan SP.
Implikasi apa sih yang terpampang dengan ini?
Anies Baswedan hanya boneka, alat, dan hanya pion. Ini bukang bicara king maker, namun bahwa bos-bos partai ini berkuasa penuh atas siapa-siapa yang harus menjadi ini dan itu. Jauh lebih kasar dari sekadar dagang sapi.
Konsekuensi lebih lanjut. Ketika orang yang ia katakan, seorang bacapres menilai calon partnernya tidak layak, eh oleh parpol dipastikan lanjut, tentu akan menjadi sebuah kekikukan tersendiri. Meskipun jika melihat reputasi Anies Baswedan sih itu tidak akan menjadi soal.
Akibat selanjutnya adalah, pejabat-pejabat mau menteri atau jajaran lain tergantung Surya Paloh, bukan sang presiden jika menang. Ini mengerikan. Presiden hanya simbol, lambang, dan boneka semata. Di balik layar mereka-mereka ini yang menggerakkan. Wayang yang tidak punya kemampuan apa-apa.
Para elit partai itu pengusaha. Arahnya mengerikan, bagaimana tambang dan kekayaan alam negara ini ada di dalam kendali negara. Usai keberanian Jokowi mematahkan kekuasaan asing dan berani dengan tegas untuk mengambil alih, kini sangat mungkin menjadi proyek bagi-bagi di kalangan mereka. Sangat menakutkan.
Beaya tinggi untuk saling mengalah dalam politik, isu kardus yang dikatakan Andi      Arief pada pilpres 2019 kog seolah terkonfirmasi dengan drama mendadak AHY ini. Dulu mereka  kalah kardus, kini mereka tentu berhitung untuk tidak kalah lagi.
Kekuatan finansial yang membuat komposisi seperti ini, tentu bukan barang gratis. Mereka akan kembali menarik dari kekayaan negara. Pemimpin model ini yang akan dijadikan penguasa negeri kaya raya? Apalagi rekam jejak 10 tahun sudah terbukti seperti apa.
Tentu tidak kog naif, bahwa seolah demokrasi negeri ini sudah pada tataran yang lebih baik. Sama sekali belum, namun jangan diserahkan pada orang-orang tamak, rakus, dan pragmatis yang berfokus pada diri dan kelompoknya saja.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H