Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fredy Sambo Masih "Membunuh" Terus

18 Oktober 2022   11:07 Diperbarui: 18 Oktober 2022   11:20 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bharada itu pangkat terendah di kepolisian dan militer. Sama-sama dua, namun hampir teratas, mana berani EE membantah, melihat bayangannya  saja sudah ngeri. Apalagi memfitnah. Jauh bisa diterima akal sehat ya bintang dua yang menekan kemudian memfitnah strip dua.

Bagaimana perasaan orang tuanya, kakak adiknya yang bangga kerabatnya jadi ajudan orang penting, eh malah berakhir di penjara. Bisa juga nanti berujung pada hukuman mati.  Berapa nyawa yang melayang karena penderitaan tak terperi di kemudian hari, dan itu pasti tidak akan diberitakan dan menjadi perhatian publik.

Masih ada lulusan Akpol terbaik pada tahun lulusnya. Harus juga ikut menjadi korban. Ini juga termasuk membunuh negara. Kehilangan salah satu kader terbaik untuk bangsa dan negara. Berapa uang rakyat yang terbuang karena egoisme dan kemarahan sang jenderal.

Hakim yang mengadili pembunuhan Ade Sara menjatuhkan vonis penjara seumur hidup sampai mati di penjara. Menghukum dengan komulatif karena korban puteri tunggal.  Harapan atas keturunan sudah pupus, dan hukumannya harus setimpal. Ini bukan balas dendam tentu saja. Keadilan.

Brigadir J berbahagialah di surga, sudah tidak perlu merasakan kejamnya atasan dan dunia. berbagaia dengan Sang Pencipta dan melihat drama-drama yang masih akan berlanjut.  Nyawamu melayang, namun begitu banyak atasan dan kolegamu ikut menderita karena perbuatan atasan yang harusnya mengayomi kalian.

 Doakanglah jaksa menuntut     dengan pasal yang paling tepat dan berat. Pun hakim menjatuhkan pidana dengan sangat adil dan paling mewakili banyak korban-korban yang lain.  Masyarakat juga  berharap yang sama.

Ada nilai positif sih dengan kejadian ini. Media sosial demikian kuat memberikan tekanan, coba ini terjadi dua puluh tahun lalu. Si jenderal melenggang kangkung dengan angkuh, si tamtama, bintara, paling-paling perwira pertama dijadikan tumbal.  Mengerikan.

Harapan terbaik untuk persidangan. Polisi sudah mau bebenah, menunggu pihak kehaminan melakukan yang sama.  Menghukum siapapun pelakunya.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun