Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Johnny Plate, Judi Online, dan "Korban" Sambo

29 Agustus 2022   14:02 Diperbarui: 29 Agustus 2022   14:04 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Judi online: cnn.com

Aneh dan lucu dalih soal agama, wong faktanya maling anggaran kitab suci saja masih berani, tapi judi sok dianggap pelanggaran berat.  Pola pikir dan logika yang kebaik-balik sebenarnya. Aneh dan lucu.     

Dalih lagi lagi menggunakan istilah agama namun melakukan pengamanan dan juga pemalakan pada aktivitas kejahatan yang lain, termasuk judi, prostitusi, atau penjualan miras. Lagi-lagi ini aneh dan ajaib. Bagaimana sisi moral yang munafik seperti ini?

Pelaku perlindungan dan juga pemalakan ini sangat terbuka juga penegak hukum. Mengapa?  Karena budaya suap untuk naik pangkat, untuk mendapatkan jabatan itu sangat kuat aroma uang. Jangan kaget, kala semua cara digunakan untuk menyokong jabatan dan pangkat yang harus diperoleh.

Aaroma menguar kuat tapi susah dibuktikan, kehendak baik yang mampu menjadikan semuanya transparan, jika mau. Namun apakah bisa? Nanti paling-paling kedoknya adalah bicara terminologi agama, padahal sekadar dalih untuk melindungi tambang emasnya untuk memperkaya diri dan kelompok.

Lokalisasi tempat perjudian, sehingga tidak sembarang tempat dan orang bisa menjadi pemain. Ini penting sehingga menjadi ajang hiburan, bukan menjual mimpi bagi orang-orang kecil yang terlena dengan cara menaikan derajat hidup dengan berjudi. Berkaca dari Malaysia dan Singapura, toh warga sini banyak yang lari ke sana demi bisa berjudi.  Uang lari ke luar bukan?

Kesadaran. Ini memang spiritualitas tingkat tinggi. Tidak banyak larangan dan aturan, namun memiliki kesadaran untuk bisa tahu diri, tidak reseh dengan keyakinan dan pilihan pihak lain. Nah, setali       tiga uang dengan judi ngamuk tapi nyolong masih jalan. Kalau beragamanya baik, sebenarnya enggan berjudi.

Bisa diartikan bahwa mutu beriman atau beragamanya sangat rendah. Suka atau tidak itu fakta yang memalukan. Orang beriman mendalam itu melihat uang bukan miliknya tidak akan diambil. Lha ini nyatanya merancang untuk nyolong uang negara.  Berteriak judi itu buruk, tapi merancang maling uang rakyat. Munafik.

Lingkaran setan, legalisasi judi membuat obyekan aparat jauh berkurang.  Jangan-jangan yang teriak-teriak moral itu juga menerima upeti dari sana? Jika iya kan ngeri.

Sebenarnya dengan pemblokiran dan juga ilegalnya judi membuat aktivitas itu jauh lebih marak dan bawah tanah, itu yang menjadi kesempatan bagi pihak tertentu untuk mencari keuntungan.  Model demikian yang dianggap sebagai religius itu? Memalukan. 

Terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun