Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Johnny Plate Patut Berterima Kasih pada Halimah Yakob

21 Mei 2022   08:44 Diperbarui: 21 Mei 2022   08:52 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halimah Yakob: Detik.com

Johnny Plate Patut Berterima Kasih pada Halimah Yakob

Johnny Plate sekalu Menkominfo tentu telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi radikalisme, fundamentalisme, apalagi terorisme. Pemblokiran berbagai akun dan situs telah dilaporkan dan dipahami. Tetapi ada yang bersisian dengan kepentingan politis yang sangat berat, sehingga seolah "dibiarkan."

Narasi antiagama, antiulama, atau Islamophobia didengung-dengungkan dengan sangat santer oleh politikus yang memang menggunakan politik identitas dan sektarianisme. Nah, mereka ketika akan ditindak dengan tegas pasti akan menyusul  opini dari mereka ini yang memang sudah ditunggu. Pemerintah tentu tidak mau stabilitas keamanan dan pertahanan negara menjadi rusak atau memburuk.

Mengapa bisa demikian?

Sekian lama mereka ini sudah membangun jaringan yang sangat kuat. Suka atau tidak, rela atau berat hati, siapa-siapa di balik ini adalah HTI dan FPI yang memang tujuannya mendirikan negara dengan ideologi yang berbeda.

Bersyukur bahwa Singapura salah satu pemimpinnya adalah perempuan Muslim, dan berani menolak dengan tegas kedatangan Abdul Somad. Bisa dibayangkan jika perlakuan itu ada di sini. Lha yang menolak saja Singapura, namun pemerintah di sini yang diserang.

Johnny Plate dan pemerintah layak berterima kasih, dipertontonkan pada publik siapa-siapa yang pecinta negeri ini dengan apa adanya, atau dengan adanya apa. Sekali lagi, jika di sini sudah tidak tahu seperti apa jadinya.

Mereka, di balik kuatnya penceramah intoleran dan ideolog  Antipancasila ini adalah barisan sakit hati, yang dipecat dari pemerintahan atau kalah dalam pilpres. Lihat pembelaan ngaco ala Refli Harun yang mengaitkan Islamophobia, padahal parameter yang diungkapkan Singapura sangat jelas. Hanya karena menebar keadaan tidak baik saja, profesor itu tega melakukan narasi serendah itu.

Politikus dan partai politik yang memang sejalan dengan gagasan si penceramah. Ada PKS, Fadli Zon, itu semua bisa terlihat dari apa yang mereka nyatakan dan  narasi yang mereka katakan dalam menghadapi keadaan. Membela terorisme dengan cara pembubaran Densus, mereka bisa berdalih dengan atas nama demokrasi.

Lha mengapa mereka juga tidak teriak soal korupsi dan aneka bentuk maling berdasi. Atau keberadaan asing  yang demikian kuat  berurat dan berakar di sini, selama puluhan tahun. Jangan naif dan merasa kritis dan demokrasi sendirian lah. Apa yang kalian perjuangkan sih, nemi negeri atau demi hasrat diri dan kelompok?

Johnny Plate dan pemerintah tidak seleluasa pemerintah Singapura, yang jelas dengan sikap mereka menghadapi fundamentalis beragama. Lha lihat saja para politikus petualang demi 24, ada di dalam kabinet saja bisa memberikan pembelaan. Sangat bisa diibayangkan, bagaimana perilaku intoleran dan fundamentalis ini jika ada penegakan hukum akan ditunggangi dengan sangat masif oleh kelompok dan pihak yang memang mau menggulingkan pemerintah.

Perlu bersabar dan jeli melihat keadaan. Ingatan publik perlu disadarkan bagaimana sikap dan laku pemerintah dalam menyelesaikan orang kuat macam Setya Novanto dan Rizieq Shihab. Benar, publik geram dengan akun-akun medsos yang menebarkan kebencian dan benih-benih masalah disintegrasi negeri ini seolah dibiarkan saja.

Apalagi jika menutup akun dan kanal UAS, Haikal Hasan, dan kelompok mereka ini. Bisa dibayangkan seperti apa      dampaknya, padahal energi besar masih dibutuhkan negeri ini untuk membangun hal-hal positif lainnya.

Setya Novanto seolah tidak tersentuh hukum, toh bisa diseret ke sel oleh KPK. Ini juga butuh wakytu dan perjuangan yang tidak mudah. Proses karena begitu banyak pihak yang mendapatkan keuntungan melakukan pembelaan. Waktu yang tepat membuat keadaan lebih kondusif.

Rizieq Shihab pun demikian. orang pada marah, mengapa arogan dan menghina-hina di bandara dibiarkan? Mau pertumpahan darah tidak berguna? Toh hanya berselang berapa hari akhirnya menyerah masuk Mapolda Metro Jaya dengan   kelu, tidak berdaya. Hanya dalam hitungan hari, perlu kecerdasan menentukan momentum.

Bisa jadi apa yang dilakukan pemerintah Singapura ini sebentuk bantuan untuk bersikap pada kelompok intoleran agar bisa mendapatkan perhatian dan sikap tegas terukur.

Kominfo, Johnny Plate tentu saja tidak mau kinerja besar mewujudkan melek digital menjadi sia-sia karena tidak sabar dan melakukan tindakan gegabah menghadapi akun dan kanal-kanal provokatif.  Apakah pihak kementrian diam saja? Tentu dan pastinya tidak, namun berhitung, kalkulasi secara menyeluruh mengenai dampak dan akibat yang lebih luas perlu juga menjadi pertimbangan.

Literasi digital itu penting dan mendesak, namun kepentingan negara, baik keamanan dan stabilitas itu juga penting. Ini yang perlu publik pahami. Gedek dan marah menghadapi perilaku para pegiat media sosial yang arogan iya, namun itu juga warga negara Indonesia, yang mendapatkan hal yang sama.

Kesadaran dan kepatuhan untuk taat etika digital yang memang masih perlu kerja keras. Apalagi media juga banyak yang mengekor dan menjadi penggauang aksi-aksi kelompok ini. Indonesia tidak sesederhana Singapura dalam menyikapi keadaan.

Percayakan pada negara yang memiliki instrumen lebih luas dan lengkap dalam menyikapi fenomena demikian.  Literasi digital juga perlu keseimbangan oleh pelaku dan pegiat media sosial yang waras dan memiliki jiwa nasionalisme tinggi.

Perjuangan panjang dan usaha keras dari semua pihak anak negeri yang mencintai negaranya dengan Bhineka Tunggal Ika tidak boleh lelah. Semua pasti bisa.

Terima kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun