Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jebakan Jokowi Tiga Periode, Politik Kebo Ijo, Siapa yang Untung?

7 April 2022   10:09 Diperbarui: 7 April 2022   10:13 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi: KompasTV

Jebakan Jokowi Tiga Periode, Politik Kebo Ijo, Siapa yang akan Untung?

Menarik, wacana Jokowi tiga periode itu makin memanas. Narasi yang ada begitu luar biasa. Usai ada yang mengusulkan perpanjangan masa jabatan, dengan menunda pemilu, kini malah memperpanjang masa jabatan.  Sejak lama saya tidak setuju tiga periode dengan alasan sebagai berikut.

Mengubah peraturan demi kepentingan sesaat. Iya kalau baik mesti lebih bagus, kalau malah menjadi buruk? Ingat pengalaman masa lalu, Bung Karno, Soeharto, mosok mau diulang lagi. Pas pemimpinnya jelek dan bisa menang lagi, rakyat mau apa?

Kaderisasi perlu kerelaan. Masih banyak generasi berikut yang bisa memimpin. Jangan hanya melihat satu-satunya orang baik dan berprestasi. Siapa sih sangka Jokowi bisa seperti sekarang sebelum memimpin Solo menjadi lebih baik? Ini soal kesempatan dan panggung.

Iya kalau Jokowi menang. Kalau kalah? Ini menghancurkan reputasi yang sudah digalang dan dibangun. Jangan naif, ingat pilkada DKI, seolah semua mudah bagi Ahok dengan capaiannya. Toh bisa dijungkirbalikan, apa yang tidak bisa terjadi sih di negeri ini?

Merusak nama baik dan ada pembenar untuk membatalkan semua program yang sudah berjalan selama ini. Ramai-ramai mengatakan   itu mangkrak dan tidak perlu dilanjutkan.

Apalagi karir politik anak dan menantu Jokowi pasti juga akan ikut rusak. Padahal sedang menapak di jalan yang masih sangat dini. Sangat disayangkan jika tergoda untuk mau tiga periode. Memang sudah mengatakan menolak, namun namanya orang politik, terutama parpol miskin kader bisa jadi masih akan terus memaksakan pendapatnya ini.

Politik Kebo Ijo

Klasik, sejarah membuktikan, bagaimana Ken Arok bisa naik tahta dengan korban dan tumbal Mpu Gandring dan pelaku lapangan Kebo Ijo. Identik dengan kisah '65. Bagaimana pihak yang untung itu bukan siapa-siapa di kancah politik masa itu. Siapa yang koar-koar untuk bisa berkuasa.

Jadi, politik Kebo Ijo itu mengorbankan pihak lain dengan sangat halus, tidak kentara, namun mendapatkan untung bahkan malah dielu-elukan sebagai pahlawan.  Karena entu saja bahwa ada agenda tersembunyi yang tidak terlihat bahkan ditutup---tutupi secara kuat dari sorotan publik.

Nah, kini, kira-kira siapa sih yang bisa mendapatkan keuntungan dari gagasan ini?

Jokowi sangat mungkin kalah dengan cara kepemimpinannya. Bagaimana mencabut subsidi, mengambil alih tambang yang biasa dikuasi asing, dan juga mengajak birokrasi bekerja keras dan mulai membersihkan anasir-anasir maling.

Kampanye dengan antitesis, subsidi BBM dan listrik, pangan murah, meskipun aplikasi pada saat post pemilu tidak ada siapa yang akan peduli coba? Hal yang masih sangat mungkin terjadi.

Piha asing yang sudah panas karena aneka tambang yang sudah puluhan tahun mereka kangkangi dan diambil alih memangnya akan diam saja melihat peluang seperti ini? Tentu saja akan berbahagia akan mendapatkan rezeki nomplok lagi. Bisa jadi hal-hal ini, ribut selama ini mereka juga terlibat.

Pembubaran ormas yang sempat gede di masa lalu, pemenjaraan tokoh-tokoh gede di masa lalu yang biasa langganan masuk televisi sebagai oposan. Sangat mungkin mereka bisa menjadi kekuatan dan menjalin jaringan akar rumput yang solid.

Literasi masyarakat masih minim. Lihat saja isu utang dan pembangunan negeri ini dengan sangat mudah dijadikan bahan  yang masih saja sangat menarik dan banyak yang percaya.  Ini potensi yang sangat besar untuk diolah menjadi dukungan yang baik.

Jokowi sudah mengatakan menolak, namun bukan tidak mungkin bahwa perang bawah tanah masih sangat masif karena juga ada kepentingan lain yang bisa jadi akan mendapatkan durian runtuh.

Tokoh-tokoh gede masa lalu tentu saja masih mau ikut berjuang kembali menjadi RI-1. Jika parlemen menyetujui perubahan itu, SBY dan JK sangat mungkin kembali bergandengan tangan dan menjadi penantang tanggung bagi Jokowi.

Lihat saja Prabowo dan Sandi dalam debat mempertontonkan dagelan politik saja masih cukup alot dalam pilpres 2019. Apalagi jika 2024 nanti dengan perubahan bisa tiga periode. Kampanye dengan gampang dibangun untuk merusak Jokowi dan rival dengan mudah mengambil alih bak pahlawan.

Utang negara dan pembangunan yang masif akan dijadikan umpan sangat lezat bagi mereka. Selanjutnya jelas bahwa akan menggelontorkan subsidi dengan  sangat besar atas nama wong cilik. Nama Jokowi yang mau memberdayakan masyarakat agar tidak mental kere akan terpental.

Publik tidak mau tahu soal utang itu dari zaman kapan dan untuk apa saja. Lupa bahwa utang itu sebagian besar untuk subsidi. Paradog yang masih disukai publik. Negara kacau mereka tidak mau tahu dan peduli. Yang penting adalah mereka untung sejenak.

Elit negeri ini      sesak nafas. Kekeringan  karena kebiasaan menguasai negara untuk kepentingan mereka sendiri dengan kelompoknya. Nah, mereka sangat mungkin menggunakan isu tiga periode ini untuk menghajar Jokowi dan menjadi sangat buruk. Mereka akan dengan gagah perkasa naik panggung dan menjadi bak pahlawan. Padahal ketamakan mereka ini sudah begitu merusak bagi negeri ini.

Pernyataan Jokowi cukup jelas dan lugas. Tapi toh masih ada yang  tidak mau tahu dan tetap membuat itu menjadi bahan untuk memanaskan suasana politik.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun