Johnny Plate: Jawapos.com
Publisher Right, Harapan Baik yang Perlu Segera
Menkominfo Johnny Plate, menyatakan adanya publisher right, atau aturan penerbitan, sehingga media konvensional, atau cetak, bisa bersaing dengan media digital. Suka atau tidak, media digital sudah demikian masifnya perkembangannya.
Kecepatan dan luasan sebaran informasi dan pengetahuan menjadi kekuatan yang sangat telak memukul mundur media konvensional. Nah, Johnny Plate berpikir bahwa media cetak atau konvensional bisa bersinergi, hidup bersama dengan media digital yang sangat menguasai pasar saat ini.
Apa yang menjadi catatanya adalah, mengenai pengambilan materi, konten, atau tayangan pada media cetak yang diambil media digital, atau media online. Para pelaku, penulis dunia digital akan sangat paham, bagaimana tulisan-tulisan mereka merajalela ke mana-mana, dan media yang mengambil sangat mungkin menuai manfaat.
Monetasi media online itu sangat beragam. Ada yang memang tidak ada apa-apanya, karena hanya hobi, namun ketika itu adalah jaringan media raksasa, jangan terlalu naif mereka tidak ada apa-apanya.
Namun, kadang opini, tulisan di media, bahkan sekarang merambah dari media sosial, diambil untuk ditayangkan di media digital dengan bumbu oleh penulis dari media tersebut. Seolah baik-baik saja, ketika itu berkaitan dengan fee, bayaran, atau adanya honor, jelas sangat tidak elok, jika hanya menyantumkan nama dan sumber tulisan.
Tentu karya cipta, termasuk tulisan, baik opini, berita, atau apapun bentuknya itu adalah karya. Karya ya karya, tidak hanya bicara mengenai uang atau bayaran, namun juga penghargaan dan penghormatan dari buah pikir dan olah kata yang tidak gampang.
Kadang orang menulis, terutama di media sosial atau microblog, atau web pribadi cenderung hanya hobi dan bersenang-senang. Nah, ketika disadur biasa juga akan biasa saja, karena yang penting    kan mau berbagi dan keterbacaan.
Masalahnya adalah, sekarang itu monetasi, bayaran dari media digital lain bisa sangat besar. Bisa saja ada penambahan atau editing, jika untuk video, berarti perlu ilustrasi, pengisi suara, dan banyak teknis lain agar menarik. pembicaraan mengenai sharing fee tentu sangat baik.
Begitu banyak web, media digital itu hanya mengambil tulisan dari mana-mana tidak semata kutipan, bahkan karena hanya copy paste, typo atau salah ketiknya masih sama persis. Â Resep sederhana untuk para pelaku dunia tulis menulis di dunia digital, ketikan nama di mesin pencari google, akan dengan sangat cepat dan akurat, nama kita ada di mana saja.
Pengalaman pribadi, mengenai portal media online jangan ditanya, begitu banyak tulisan sudah ke mana-mana. Hampr tiap hari ketika tayang sudah akan diambil oleh portal lain. masih menyebutkan nama dan media, lumayan.
Mirisnya media kampus ternama, mengambil tulisan, tanpa izin jelas, mengopy sama persis, hanya menampilkan nama dan media tempat tulisan itu tayang. Bagaimana lembaga akademik saja dengan  tanpa merasa tidak pantas menampilkan dan menayangkan itu.
Jaringan media   besar. Berarti ada wartawan yang bekerja untuk mendapatkan tulisan. Ketika hanya copas dengan tambahan, seorang blogger menuliskan itu bla...bla... di bawah ada nama dan editornya. Bagaimana pertanggungjawaban mereka hanya hanya copas bukan mengolah bahan menjadi tulisan.
Mereka dengan enteng mengambil karya orang, menempelkan pembuatnya dan itu seolah-olah sudah baik. Bagaimana ketika itu ada nilai lain, dalam hal ini uang, dan yang membuat. Berpikir, mengolah bahan, dan susah payah mengupayakan quota untuk menayangkan tulisan itu, kemudian dicomot dan menikmati bayaran dengan suka cita.
Dunia digital memang sangat mudah melakukan rekayasa apalagi hanya tulisan. Gambar saja bisa diedi jadi apa saja dan ke mana saja. Yang penting adalah kesadaran, literasi digital. Bagaimana menghargai karya pihak lain dengan semestinya.
Kolaborasi itu penting. Tidak saling membunuh dan meniadakan, namun saling dukung dan tumbuh bareng. Ini titik penting sebagaimana Johnny Plate nyatakan. Jika pola pikir demikian ada, maka semua akan bahagia. Semua enak.
Mental mau enaknya sendiri, instan, dan enggan susah perlu disadari masih dominan. Bagaimana yang penting enak, merugikan pihak lain, tentu bukan semata materi, seolah bukan masalah. Hal yang sangat  kronis kita lakoni.
Harapan baik dengan publisher right, jadi bukan semata media, namun juga untuk para penulis, pelaku konten kreator mendapatkan ruang berkreasi bukan kerja bakti. Â Semua akan lebih baik.
Terima kasih   Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI