Obat yang diberikan juga sering tidak ada sebuah diskusi, atau tindakan operasi, apakah ada pembicaraan yang benar-benar mendasar dan masuk akal, atau sekadar akal-akalan? Â Belum lagi masalah BPJS Kesehatan dan kesemrawutannya.
Kisah Terawan ini ternyata membuka mata publik untuk lebih peduli. Keberadaan dokter yang sangat mungkin bisa menjadi dewa penyelamat atau malaikat penyabut nyawa. Ingat, ketika IDI memiliki begitu besar kekuasaan, apapun bisa terjadi.
Jika ada dugaan malapraktik, kita perlu sebuah bantuan analisis dan ahli untuk menyatakan itu sebagai tindakan menyimpang atau tidak. Nah, ketika ada dalam naungan yang sama IDI, apakah bisa lepas kepentingan secara bebas? Â Apalagi jika kita bicara dalam konteks Keindonesiaan. Bagaimana susahnya bertindak netral dan obyektif ketika memiliki kesamaan.
Kecurigaan dan asumsi yang sangat wajar. Â Fakta lapangan menunjukkan hal demikian. Masih demikin lemah melihat kebenaran sebagai kebenaran, cenderung benar itu karena banyak, ada kesamaan dengan salah satu pihak, dan sejenisnya.
Patut bersyukur bahwa dengan kejadian ini mau memperlihatkan dunia kesehatan perlu pembenahan dengan radikal. Apalagi jika berbicara wisata kesehatan memberikan devisi gede bagi negeri jiran kita Singapura dan Malaysia. Orang kaya dan elit kita berobat ke sana. Ini kan memberikan doit pada tetangga.
Desas-desus yang sering beredar, sedikit banyak mulau tersibak tirainya. Bagaimana dunia kedokteran dan kesehatan negeri ini dikelola. Afiliasi politik dan ideologi konon juga sangat kuat. Â Jangan-jangan tudingan adanya mafia kala pandemi akan juga terbukti dan akan terbongkar.
Bagus bahwa kondisi ini malah membuat keadaan baik, lebih melegakan, karena bukan pro kontra yangjauh dari konteks, namun masih dalam koridor demokrasi yang semestinya. Tidak berlebihan, sehingga menyoal pribadi- pribadi yang terlibat, misalnya agama dan latar belakang lainnya.
Sikap Terawan yang tetap tenang dan tidak ikut memperkeruh dengan upaya pelaporan polisi atau bondang-banding juga membantu keadaan lebih baik. Kedewasaan, kebijaksanaan, dan malah bisa juga dibawa pada kondisi yang adem dengan guyonan.
Demokrasi itu ajang, di mana kebebasan mendapatkan tempat yang utama. Sikap tanggung jawab   dan taat azas juga mendapatkan poin penting. Melihat kejadian ini memberikan harapan baik, bahwa demokrasi kita bisa lebih sehat.
Perbedaan sikap dan pendapat itu hal yang lumrah, bukan sebuah alasan untuk ribut berlarut-larut. Harapan baik untuk hidup berbangsa yang lebih sehat.
Kedewasaan itu perlu proses. Tidak sekali jadi dan instan. Harapannya, ke depan makin baik ketika menghadapi polemik. Perbedaan yang membangun bukan merusak. Apapun alasannya, perbedaan itu hal yang lumrah, kepala dan hati yang adem sangat membantu demi hidup bersama yang lebih baik.