Soetrisno Bachir, bisa menggantikan M. Lutfi yang berkali-kali gamang mengatur perdagangan. Telor sempat naik turun gak karuan, yang membuat peternak mabuk karena harga sangat rendah. Pun kedelai. Isu yang sangat seksi bagi pihak-pihak yang hendak menggantikan kekuasaan di tengah jalan.
Mendag kali ini bukan orang partai. Posisi yang jelas lemah, di mana politik banci masih demikian kuat. Katanya presidensial, namun toh dewan dan parpol juga sangat dominan. Hal yang selama ini belum tersadari, korban eforia reformasi yang belum juga membaik.
Oposan yang getol menyerang pemerintah mengenai jabatan diperpanjang atau menggubah menjadi bisa tiga periode, namun sama inkonstitusional juga dengan mau mengganti di tengah jalan. Ini sama-sama ngaconya.
Menjelang 24 keadaan memang makin panas. Siap-siap saling sikut dengan berbagai isu dan rakyat yang menjadi korban. Elit sih enak-enak duduk manis, apapun mereka tetap enak. Berapa banyak sih, yang memikirkan rakyat, kebanyakan hanya memikirkan perut sendiri dan keluarganya.
Ya mau apalagi ini adalah ala demokrasi yang dipaksakan, di tengah tabiat dan kebiasaan seenaknya sendiri. Feodalisme yang begitu kuat, kesetiaan dan taat azas yang sangat lemah pula.  Susah, para   profesional untuk bekerja dengan semestinya. Kalah oleh kepentingan politik.
Belum lagi rongrongan ideolog yang dikemas agamis. Mereka ini juga pelaku paling getol dalam menyuarakan kegaduhan. Apapun dijadikan bahan untuk memojokkan pemerintah. Lebih oposan dari oposan.
Media juga terlibat amat erat,  di tengah peliknya persoalan  bisnis media, terutama cetak, mereka sangat mudah tergoda untuk menjadi buzzer bagi pihak-pihak tertentu. Ketika ketahuan atau  terpojok, mereka  berdalih kebebasan pers.
Ini semua memang masih harus dijalani, dan semua proses. Harapan yang membaik sangat mungkin akan menjadi lebih buruk, jika salah melangkah. Ujung-ujungnya sih doit dan kekuasaan. Miris sih, mengaku agamis, religius, namun tamak.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H