Literasi Masyarakat, Kominfo, Â Media, dan FPI Melindungi Etnis Thionghoa 98
Salah satu program andalan Johnny Plate adalah literasi digital bagi masyarakat. Hal baik   yang memang sudah semestinya. Publik kudu melek bagaimana dunia dalam genggaman, karena digitalisasi di mana-mana. Jangan sampai menjadi kambing congek peradaban.
Memilukannya adalah, ketika media, yang berkoar-koar sebagai pilar demokrasi keempat, namun menyajikan berita atau opini yang tidak berdasar, mengetengahkan kebencian, atau data separo, dan aneka bentuk kejahatan yang seolah-olah benar.
Masyrakat dibina agar melek dunia digital, namun bagaimana salah satu  sarana belajar melek itu malah menyajikan data ngaco. Ini masalah yang cukup besar sebenarnya, jika mau kritis dan mau susah.
Salah satu tokoh etnis Thionghoa mengaku, jika FPI melindungi etnis mereka, ketika pecah kerusuhan 98. Apakah FPI sudah berdiri kala ada rusuh rasial di Jakarta menjelang reformasi?
Sebuah hal yang bisa dipahami ini mengenai membangun opini. Siapa yang bicara juga sudah diketahui dengan baik apa afilisi dan ke mana tujuan pernyataan itu. Â FPI jelas berdiri usai kerusuhan prareformasi. Memang berani mengikarkan front seperti itu era Orba? Mimpi. Cek saja faktanya sangat mudah terlihat dan ada di mana-mana.
Pemutarbalikan fakta, atau membuat berita yang ngaco boleh-boleh saja, kalau itu sudah puluhan tahun atau ratusan. Lha ini masih kisaran di bawah 30 tahun. Rekaman peristiwa juga begitu banyak dan mudah untuk diakses.
Apa kaitannya dengan Kominfo?
Pemerintah, Kominfo mengatakan perlunya masyarakat melek literasi digital. Hal yang pasti semua pihak mengamini. Namun, bagaimana jika media malah menyajikan berita, informasi, atau mungkin opini namun salah, apakah tidak ada cek recek apalagi klarifikasi.
Peran sentral Kominfo untuk menjadikan masyarakat melek ditunggangbalikkan oleh media. Ini faktual dan semakin banyak terutama media online yang susah untuk diyakini kebenarannya, apalagi bicara obyektifitas. Data sederhana, namun mereka abai karena kepentingan. Lebih lagi jika, bicara mengenai ideologi dan politik.