Masyarakat Digital dan Transformasi Digital, Rakyat Perlu Tahu Hal ini
Kisah dan kejadian Wadas mempertunjukan bagaimana dunia digital itu sangat penting. Pertunjukkan kedua sisi pemanfaatan kemajuan teknologi. Sisi satu provokasi dan satu pihak memberikan edukasi. Toh bagi negeri yang suka pro dan kontra hal demikian sangat biasa.
Bagaimana pembicaraan dan pemberitaan pada awalnya adalah pengepungan dan penangkapan penolak penambangan batu cadas dari Wadas. Lambat laun berubah dan ada titik balik, bahwa ada sesuatu di balik itu semua. Apalagi diperparah dengan banyaknya tayangan yang cenderung politis oleh pihak pemain politik dari sisi oposan yang menyasar pada dua pribadi, Ganjar dan Jokowi.
Hal yang cukup aneh, karena sudah lebih dari dua tahun mengapa tiba-tiba menjadi besar dan menyasar pihak-pihak tertentu. Keterlibatan LSM dan pegiat media sosial yang tiba-tiba masif jelas menambah tanda tanya makin besar.
Semua tersaji dan menjadi utuh karena dunia digital. Dunia maya yang memberikan semua hal dalam waktu yang relatif sama. Ini adalah peluang dan keuntungan yang sangat besar dan penting bagi masyarakat yang belum cukup melek literasi.
Pemain politik tentu paham, bagaimana mereka yang giat dalam dunia digital  itu banyak yang tidak mengerti dengan baik mengenai konten, isi, dan esensi dari narasi. Nah, ini   yang menjadi sasaran untuk diubah persepsinya.
Pada sisi lain, begitu banyak penipuan, investasi bodong berbasis internet, dan pembalikan opini atau separo data yang sangat masif dalam pilkada dan pileg. Â Suka atau tidak, ini adalah pembodohan yang dilakukan oleh orang dan pihak yang paham dengan baik tabiat anak negeri ini.
Masyarakat digital, sudah seharusnya juga melek literasi digital. Suka atau tidak pandemi ini mengubah begitu banyak aktifitas masyarakat. Toko-toko online  menjadi rujukan dan jujugan untuk berbelanja. Pembatasan aktifitas itu juga sebuah berkah tersembunyi bagi pegiat dunia perdagangan digital. Tidak perlu promosi besar-besaran tiba-tiba saja ada peralihan kebiasaan yang sangat drastis.
Menteri Johnny Plate melihat potensi salah satunya adalah bidang ekonomi yang akan mencapai 40% dari GDP ekonomi ASEAN, perlu masyarakat digital. Masyarakat yang melek atas dunia digital dengan segala keunggulan dan keberadaannya yang bisa menjadi ajang kejahatan.
Lihat saja bagaimana masyarakat kita, mainnya digital namun pola pikir dan perilakunya masih manual. Tidak akan konek, padahal konektifitas adalah segalanya dalam dunia digital ini. Upaya terus menerus untuk menciptakan masyarakat digital dan peningtakan talenta digital itu sangat penting dan mendesak.
Program yang dicanangkan Menkominfo, Johnny Plate adalah, Gerakan Literasi Digitasl Siberkreasi dengan target 2.500.000 setiap tahun dan menjadi 50 juta yang sudah melek literasi digital pada tahun 24 mendatang. Melek digital itu penting, bukan semata postang posting dan menebarkan hoak saja.