Sekian lama bangsa ini selalu dalam penguasaan Amrik, meskipun tidak semenyolok Singapura atau Philipina. Ini soal kepentingan Amerika sebagai penguasa dunia. Isu kedekatan  dengan China didengung-dengungkan karena sangat sensitif dan banyak pemujanya.
Mana sih di dunia ini yang secara fisik diduduki China, sebagaimana bangsa Barat menjajah Asia dan Afrika? Beda kasus jika bicara mengenai Taiwan dan Hong Kong. Pada Amerika Serikat sudah terlibat di Afganistan, Lybia, Syuriah, Iraq lagi, toh di sini tidak ada yang ribut akan dikuasai Amerika Serikat, malah menuding China.
Kedekatan dengan China menjadi penting. Ini yang perlu disadari masyarakat, kibat dunia mulai bergeser di China dan meninggalkan Amerika Serikat dengan segala kepongahannya.  Afrika menjadi negara-negara maju  karena peran China. Maju bersama, bahwa ada keuntungan didapat China kan juga konsekuensi logis.
Free Port dikuasai Amerika Serikat puluhan tahun, tidak ada narasi Indonesia dikuasai Amerika, China mau membangun pabril batere sudah diisukan macam-macam. Ada apa?
Timur Tengah, tidak ada bumper sepadan, Amerika dengan kawan-kawannya bisa leluasa mengacak-acak mereka. Kedekatan dengan China menjadi penting. Bagaimana pun keduanya sekarang ada pada posisi yang sangat kuat dan strategis. Amerika sedang menuju pada titik nadir bawah, dan China mulai merangkak ke puncak.
Wajar, isu China akan menguasai didengungkan, untuk mendapatkan resistensi dan Amerika tidak ada cukup kuat penghalang. Eh malah diterima dengan sangat suka rela di sini.
Mengapa demikian? Kita tentu paham, keberadaan feodalisme negeri ini. Elit yang    terbiasa pesta pora bersama Amerika Serikat dengan segala upaya, suap, kooptasi tentu saja enggan untuk berbagi. Kini seret, kan lumayan kalau kesempatan itu datang lagi.
Barisan sakit hati karena terbiasa enak kini kelaparan. Itu semua elit bukan masyarakat tentu saja. Mereka tentu muanya masih sama dengan yang dulu-dulu.
Politikus gila kuasa. Lagi-lagi elit yang enggan kehilangan kekuasaan. Padahal mereka biasa menggarong tanpa memikirkan rakyat. Kini, kekayaan negeri terdistribusi secara merata. Â Mereka yang biasa mendapatka keuntungan tentu saja marah karena makelaran mereka tidak lagi berlaku.
Kekuasaan bagi mereka ya uang, soal rakyat itu hanya alat dan sarana mendapatkan kursi. Miris bukan, padahal tampilan elok bak malaikat, tapi tamaknya seperti babi hutan. Â Mirisnya anak negeri ini masih suka dengan tampilan. Perilaku busuk dikemas indah sudah lupa.
Kegaduhan ini masih akan terus berlangsung. Miris ketika isu-isu krusial yang diembuskan oleh pihak yang mau merampok namun diikuti para pelaku yang kritis, namun lupa melihat ada apa di balik itu semua.