Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wadas, Ada Apa dengan Demokrat?

11 Februari 2022   08:36 Diperbarui: 11 Februari 2022   23:20 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar dan warga Wadas: Suara.com

Wadas, Demokrat Kenapa?

Menarik apa yang terjadi dengan kisah Wadas. Bagaimana narasi yang awalnya polisi mengepung masjid dan menangkapi warga, tiba-tiba berbalik arah dan mempertunjukkan hal-hal yang bertolak belakang. Sontak lebih ramai pembicaraan dan narasi politis yang lebih mengemuka.

Persoalan seolah-olah membela kepentingan rakyat, ternyata malah lebih beraroma politik, khususnya kepentingan 2024. Narasi-narasi yang mau disampaikan, lebih kejam dari era Orba dengan menyamakan kasus Kedung Ombo, polisi menyeret masyarakat, masuk ke mesjid, dan menangkapi peserta ibadah.

Glorifikasi melalui media sosial dan pernyataan-pernyataan kader Demokrat makin memperlihatkan siapa di balik itu semua.  Miris, mau jadi kuda hitam malah jadi kuda lumping. Perilaku ugal-ugalan dengan mendompleng apapun yang ada di depannya.

Bahayanya pemain kuda lumping adalah, mereka ini tidak sadar, karena sedang kesurupan. Nah, pemain politik yang tidak sadar, dan malah melakukan tindakan di bawah tidak sadar kan berabe. Wajar kembali menyerang Demokrat sendiri.

Lagi-lagi Benny Kabur Harman yang tidak cukup jeli melontarkan pernyataan. Bagaimana minta presiden dan gubernur sebagai kader PDI-P yang dipersoalkan, namun abai atau tidak mau tahu keberadaan bupati yang sekubu. Aneh dan lucu, kasus di sebuah desa, namun mau menyeret gubernur dan presiden. lha apa guna bupati jika demikian?

Benny Kabur Harman, dalam waktu yang tidak terlalu lama menyoal pihak lain, namun ternyata rekan separtainya yang menjadi penguasa. Ini cenderung memperlihatkan nalar politiknya cupet, pokoknya serang duluan, mau apa jadinya belakangan.

Pembicaraan proyek  yang sudah cukup lama, namun mengapa tiba-tiba menjadi ramai? Karena kepentingan Ganjar harus dihajar. Jangan lupakan sejarah lebaran kuda yang maunya mendepak Ahok, eh malah AHY yang terlempar sejak dini.

Reformasi Polri dibawa-bawa, padahal tidak tahu mengenai kejadian di lapangan seperti apa. Ini jelas  politikus yang hanya mau melihat apa yang ada di depan mata, tanpa mau tahu apa yang sebenarnya terjadi. menarasikan citra pemerintah dan partai lain buruk, namun abai data-data yang menunjang lainnya terlalu jauh.

Manusia, jangan diseret seperti karung. Lagi-lagi ini adalah ujaran pemantik rusuh semata. Tidak ada faktualisasi dan data yang cukup. Padahal keadaan senyatanya tidak demikian. Tentu orang     akan mengatakan, ini juga kebencian. Komnas HAM yang biasanya saja keras menjadi oposan, kali ini berbeda. Perlu bertanya, ada apa?

Lebih lagi ternyata menyasar pribadi Ganjar, dengan mengatakan, banyak gaya untuk konten, membantu warga mati gaya. Hal yang memalukan sebenarnya, sebagai pemain politik, pernah menang pemilu, (patut dpertanyakan sih menangnya dulu itu beneran atau kebetulan). Ini jelas soal pribadi Ganjar, bukan gubernur. Apalagi Ganjar datang ke lapangan, lokasi kejadian.

Lagi-lagi, padahal bupatinya, yang sama-sama Demokrat, hanya bilang ada provokator di Wadas. Kan bisa jadi provokasinya  dari kubu yang sama, siapa tahu, kalau hanya teriak demikian?

Demokrat, seharusnya lebih tenang, adem, dan tidak malah menjadi panik, sehingga langkah mereka tidak karu-karuan. Maunya menyerang pemain gede, dalam hal ini Ganjar, Jokowi, dan PDI-P. Hal yang sia-sia. Toh lihat, nama AHY ada di mana dalam survey-survey yang bisa dipercaya. Jangan kemudian mengeluarkan hasil survey sendiri yang menempatkan pada posisi tertinggi.

Sah-sah saja sih mau survey siapa dan dari siapa. Masalahnya adalah,  ketika hasil survey kog berbeda bertolak belakang, ya bisa diperkirakan ada masalah di sana. Seolah Demokrat malah menjadikan ini sebagai angin surga, padahal harus jeli, mengapa bisa berbeda dengan lembaga lain.

AHY terutama dan Demokrat pada umumnya, jauh lebih penting sekarang ada konsentrasi memasarkan AHY untuk menjadi capres atau minimal cawapres dengan reputasi, bukan sensasi yang malah membuat makin terpuruk. AHY memiliki kemampuan sebenarnya, hanya karena selalu dibayang-bayangi SBY dan masa lalu ala elit Demokrat, ya sudah.

Perlawanan menyasar PDI-P dan Jokowi jelas sudah usang. Tidak membawa dampak cukup signifikan, mengapa masih saja diterus-teruskan.  Jelas saja kontraproduksi dengan melihat realitas yang ada.

Ingat, kini zaman digital. Kalian main dengan media sosial, masyarakat juga sama menikmati pengalaman di dunia yang sama. Mungkin dengan cepatnya tersiar khabar A, bisa direspon sebaliknya. Demokrat sudah mengalami bertubi-tubi, kog juga masih diulangi lagi dan lagi. Ini kan ngaco.

Berkali ulang, menuliskan ini, penggemar dan pendukung Jokowi itu sangat gede. Potensi mereka yang bukan partisan, bisa dimungkinkan beralih mendukung calon dari Demokrat. Pihak ini suka sosok, bukan partai. Sayang, bahwa AHY lebih menjual derita, sensasi, dan kader asal bicara yang tidak berdaya dobrak besar.

Padahal sempat bermain cantik dengan safari politik. Datang ke Mega, Puan dan foto itu membuat keadaa menjadi adem. Entah malah berubah menjadi bar-bar lagi.  Sayang padahal, cara yang keren itu malah diubah menjadi cara yang pasaran, politik pokok tenar, meski cemar.

Maunya jadi kuda hitam, eh malah jadi kuda lumping. Perlu segera berbenah. Membantu rakyat juga bukan berarti menistakan pemerintah dengan segala capaiannya.

Menjual prestasi SBY lho tidak harus dengan merendahkan prestasi Jokowi. Ini jelas malah menjadi bumerang.  Tim pemenangannya harus lebih kreatif lagi, bukan malah hanya menerima gaji buta, tapi pemikirannya usang.

Cita-cita gede perlu juga diimbangi dengan kerja cerdas dan pengorbanan yang sepadan. Miris jika masih saja membangun narasi diri setinggi langit dengan menjatuhkan pihak lain ke jurang yang dalam. sia-sia, terbaca tak ada gunanya.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun