Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

9 Alasan Demokrat Gagal Menjadi Kuda Hitam sampai Lebaran Kuda

5 Februari 2022   18:41 Diperbarui: 5 Februari 2022   18:49 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuda Hitam: Pexel.com

Tiga. Mengubah cara berpolitiknya. Selama ini mereka menjadi oposan yang selalu berseberangan dengan pemerintah, namun tidak memiliki argumen yang cukup  waras. Waton sulaya. Sering yang mereka jadikan sasaran kritik itu di masa pemerintahan dan kekuasaan Demokrat juga dilakukan atau gagal dan kini sukses. Karena malu malah mencela.

Hal yang lebih baik jika berlaku obyektif, sehingga masyarakat itu melihat. Keberadaan Demokrat itu berjuang demi negara, bukan semata kekuasaan dan kursi pribadi Cikeas atau kepentingan kelompok mereka.

Empat.  Cara mereka bersikap pada Jokowi berlebihan. benar, bahwa menghajar tokoh besar akan memberikan dampak besar, jika menang. Kalau salah dan kalah juga sama gedenya. Membuat mereka makin terbenam.

Perlu kreatifitas dalam membangun ciri khas demokrasi mereka.  Susah mengharapkan apa yang sudah bertahun-tahun mereka lakukan dengan hasil gagal maning gagal maning. Lha apa yang tidak ada evaulasi to ya sekaliber pemenang pemilu.

Lima.  Pembersihan kader tanpa mau kerja keras. Cenderung lebih banyak sosok ABS dari pada pekerja keras demi kepentingan partai dan apalagi bangsa dan negara. Greget dari pada elit apalagi sekadar kader Demokrat lemah.

Enam. Bisa membebaskan diri dari jerat masa lalu, mangkrak dan korupsi megaskandal. Ujaran mangkrak pernah dipakai Ibas untuk memperolok Jokowi. Eh malah membalik pada keberadaan mereka lagi. Ini upaya gagal yang belum menemukan titik balik untuk bisa kembali eksis sebagai partai yang biasa saja.

Belum lagi jika bicara katakan tidak pada(hal) korupsi. Kan repot. AHY belum punya cukup kemampuan keluar dari belitan masa lalu ini.

Tujuh. Mampu menciptakan pemilih dan pendukung fanatis seperti PKS dan PDI Perjuangan. Kemudaan dan fisik AHY bisa kog dijadikan cara menarik simpati publik muda terutama mudi. Sayang sih malah seperti orang yang krisis identitas bukan penarik pemilih. Pilihan potongan rambut,  aktivitas sosialnya malah menjadi bahan bullyan.

Delapan. Terlalu sering menjadikan mereka sendiri partai bullyan . Benar menjadi bahan perbincangan, sayang secara negatif. Prabowo-Sandi telah merasakan pilihan model politik ini keliru. Mengapa diulang-ulang oleh AHY dan elit mereka?

Keterbincangan memang tinggi, terutama secara media sosial. Namun dampak buruknya jangan lupa. Ingat ini era teknologi komunikasi yang sangat masif. Orang dengan mudah akan mendapatkan klarifikasi atas apa yang telah terjadi, atau terucapkan.

Kesembilan. Minimnya penggunaan media sosial. Padahal SBY aktifis media sosial.  Sayang malah AHY pernah mencela buzzer, sekaligus dia juga pemakai. Ini jauh lebih efektif dan efisien, dari sekadar menghajar Jokowi. Asal benar-benar dengan cara yang waras, bukan sekadar berbeda dan waton sulaya dengan  pemerintahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun