Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

2700 Pusat Data dan Efisiensi demi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

18 Desember 2021   21:48 Diperbarui: 18 Desember 2021   22:09 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2700 Pusat Data dan Efisiensi demi Sistem  Pemerintahan  Berbasis Elektronik

Indonesia telah merencanakan adanya sebuah Sistem Pemerintaha Berbasis Elektronik (SPBE) atau e-government, penyelenggaraan pemerintahan yang menggunakan atau memanfaatkan teknologi digital untuk membantu layanan kepada masyarakat.

Era digital itu efisien dan efektif. Berapa banyak waktu terbuang untuk mengantri dan bolak-balik mengurus hanya sekadar kertas surat keterangan. Mengapa terjadi? Karena pegawainya tidak profesional dan masih banyaknya paradigma ketika bisa susah mengapa dibuat gampang.

Pelayanan dengan sistem digital sangat menguntungkan karena adanya transparansi, efekif, efisien, dan jelas memudahkan semua pihak. Perlu kecerdasan dan literasi digital. Tentu saja bagi para petugas, dalam hal ini ASN dan pegawai birokrasi apapun jabatannya.

Persoalan muncul adalah, berapa banyak aparat yang sudah melek digital, kecuali hanya man game, atau main medsos. Pemanfaatan ruang digital yang demikian luas, perlu kecakapan yang mumpuni. Lha bagaimana mereka akan memberikan efisiensi, ketiika mencari huruf A dan S yang berdampingan saja perlu beberapa detik.

Johnny Plate selaku Menkominfo telah banyak melakukan upaya peningkatan kemampuan dan pengetahuan dunia digital bagi semua pihak. Masyarakat, lembaga negara, dan juga tentu saja bagaimana mengurus pusat data yang begitu banyak dan beragamnya.

Ada 2700 pusat data milik pemerintah pusat dan daerah. Idenya adalah menjadi kisaran 8-12 saja. Sering terdengar kesulitan akses data, namun sekaligus juga kebocoran data. Ini masalah yang seolah ada yang membuat kesengajaan, agar negara ini memang jalan di tempat. Lagi-lagi sikap feodal, di mana yang penting mendapatkan keuntungan dari sana.

Kesulitan akses karena begitu banyak ragam data dan pusat penyimpanannya, sehingga sering tidak sinkron.  Jelas bahwa ada sebuah unsur kesengajaan, sejak sangat lama. Jika data sangat mudah diakses oleh yang berkepentingan, kemudian dianalisis dan dicarikan sebuah keputusan untuk mendapatkan jalan keluar tentu sangat bagus.

Pada sisi lain, Johnny Plate perlu menyadari, bahwa aparat dan juga birokrat kita, dari bawah sampai atas itu tidak taat pada azas, tidak amanah, sehingga dengan mudah menjual data kepada pihak lain, demi mendapatkan keuntungan tertentu. Pengalaman bagaimana data Deny Siregar yang dibobol oleh pihak dalam.

Hal yang sama sangat mungkin terjadi demikian. Nah, sudah melek digital. Namun masih abai soal etika berselancar dalam dunia digital. Tentu saja orang ini sangat paham dunia internet, namun abai sebagai seorang yang terpercaya, demi ideologi dan bisa pula uang.

Kerjasama lintas kementerian sehingga  bisa menggeber pada 2023 pelaksanaan SPBE bisa berjalan dengan lancar. Kominfo bagian pembangunan infrastruktur digital. Ada Kemendagri, KemenPANRB, dan Kemen PPN/Bapenas, Menkeu,  Kepala BPPT, dan Kepala BSSN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun