Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Seksualitas Itu Seru Bukan Saru

18 Desember 2021   13:27 Diperbarui: 18 Desember 2021   13:32 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pula sisi psikologis, mengapa laki-laki lebih analitis dan perempuan  memainkan peran intuitif. Ini kadang menjadi konflik yang bisa berujung pada perceraian bagi pasangan suami-istri yang sama-sama keras dan maunya dominan. Padahal ini sebuah hal yang kodrati.

Sering kita dengar kata saru, tabu, kalau bicara mengenai seksualitas. Padahal aslinya seru. Hanya karena tidak paham untuk menerangkan, pilihan paling gampang adalah menghardik anak untuk tidak tanya-tanya lagi. Sebuah metode mempertahankan diri, egoisme orang dewasa, bisa orang tua atau juga guru.

Alat vital, alat kelamin, alat seksual itu namanya alat vital, vita hidup, sangat penting, namun mengapa begitu banyak kata kiasan, alias, dan nama lain hanya menyebut satu alat penis atau vagina. Ya karena ketidaksiapan mengajarkan apa yang vital itu.

Tangan tidak ada kata lain, kecuali bahasa daerah, atau juga rambut ya begitu. Tidak ada ketawa ketika menyebut, coba sebut penis dengan biasa, lingkungan akan melongok dan seolah heran. Hardikan akan menyerbu dengan sangat deras.

Kapan sih mulai pendidikan seksualitas?

Sejak ada di dalam kandungan. Orang tua yang mengharapkan kelahiran si buah hati dengan suka cita, bahagia mempersiapkan uba rampenya, berdiskusi dengan hangat mengenai nama si calon bayi, penuh cinta mengusap-usap perut si ibu, akan direkam si calon bayi sebagai penerimaan diri yang sempurna.

Orang tua yang menggantikan popok dengan penuh kasih sayang, bukan nggedumel, apalagi mengumpat, anak bikin repot, itu sudah sebuah rekaman yang akan disimpan si bayi. Jangan dikira karena masih bayi tidak memiliki memori. Sangat kuat ingatan itu.

Pendampingan orang tua, sejak sebelum lahir hingga dewasa itu juga pendidikan seksualitas. Bagaimana memilihkan pakaian, baju, dan potongan rambut itu membantu anak untuk yakin dengan identitas kelaminnya.

Mengapa terjadi kekerasan seksual?

Pribadi yang inferior namun memiliki kuasa sangat terbuka menjadi pelaku kekerasan seksual. Mengapa? Karena ranahnya privat, personal, dan kemungkinan gagal yang diikuti pembullyan sangat kecil kemungkinannya. 

Relasi kuasa. Guru-murid, tokoh agama-umat, dosen-mahasiswi, dan adanya kesenjangan kekuasaan yang membuka kesempatan terjadinya kekerasan seksual. Atasan pada bawahan, bisa pula perempuan dengan laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun