Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Densus: Akan Menangkap Orang Besar, Pujian Munarman bagi Bambang Widjoyanto

10 Desember 2021   15:52 Diperbarui: 10 Desember 2021   15:58 3936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu, kondisi khusus, orang sangat populer, bisa jadi akan menimbulkan kegaduhan karena adanya pro dan kontra. Biasa kan negeri ini selalu saja ada setuju dan tidak, lha jelas pidana, perkosaan saja masih ada yang menuding korban sebagai penggoda dan "mendukung" pelaku untuk jangan membuka aib. Perlu dinetralisis terlebih dahulu jauh-jauh hari.

Dua. Ketika sudah ada peringatan, pernyataan pendahuluan, sehingga orang tidak akan lagi kaget dan heboh. Paling-paling hanya sebentar saja dan kemudian terlupakan. Orang sekadar kaget oh pantes dan kemudian akan mengulik pernyataan dan sikapnya pada waktu-waktu sebelumnya, dan kemudian diam karena memang demikian adanya.

Tiga, hukum pada terorisme di sini berbeda dengan di Malaysia dan negara lain. Di sana  boleh ditangkap dulu urusan belakangan. Di sini bisa geger dan Komnas HAM akan dapat panggung untuk memojokkan pemerintah.

Empat, terlalu gaduh dengan urusan politik dan kekuasaan. Jika mau sedikit saja sabar dan menanti pergantian kepemimpinan, sehingga teroris  tidak mendapatkan perlindungan demi menyalahkan Jokowi sih sangat enak dan cepat selesai.

Lima, pemanfaatan isu terorisme dengan agama bagi sebagian pihak dan kelompok demi mendapatkan simpati dan juga antipati pada pihak lain membuat keberadaan mereka makin susah untuk diatasi. Risiko demokrasi di tengah manusia-mnusia kerdil.

Enam, beberapa kelompok dan juga partai politik yang tidak mau tahu keamanan negara, yang penting bisa menyalahkan pemerintah demi menggalang dukungan bagi pilpres dan mencari simpati pada kelompok yang berafiliasi pada teroris.  Makin menyusahkan pemerintah dan pihak keamanan untuk mengurus terorisme dengan lebih baik dan lugas.

Tujuh, pembiaran sekian lama pada aksi dan dukungan pihak-pihak yang berkaitan dengan terorisme. Sampai sudah masuk pada tubuh militer, polisi, aparatur sipil, dan lembaga-lembaga negara. Ini sama juga akan menjadikan lahan subur karena susah mencabut ilalang yang timbuh bersama padi.

Delapan, tautan amat erat dengan agama, sehingga sering membuat gesekan dan isu-isu sangat panas kalau ada peengakan hukum pada pelaku dan pendukung terorisme. Ini yang membuat lebih sulit lagi.

Masih layak ditunggu siapa lagi yang akan dicokok Densus 88 ini, karena populer dan sering masuk televisi.  Tidak sedikit nama-nama beken yang sering cenderung menyerang pemerintah, Polri, dan Densus 88. Mereka ini suka atau tidak menyediakan tabung oksigen bagi para pelaku terorisme yang sejatinya sudah terdesak oleh penegakan hukum negara.

Suka atau tidak, ini masih akan terus terjadi, karena penyusupan kelompok ini sudah sangat dalam.  Pembiaran yang konyol pada masa lalu harus ditebus mahal. Demokrasi ala kadar, para pelaku otoritarian namun mengangkangi demokrasi sebagai kendaraan mereka.

Harapan baik sih perlu menjadi pegangan bahwa ini akan semakin baik dari hari ke hari.  Tidak hanya sekadar optimis, namun penuh pengharapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun