Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

4 Pilar Digital Literasi dan Johnny Plate

5 Desember 2021   08:19 Diperbarui: 5 Desember 2021   08:56 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Johnny Plate: Kominfo.go.id

4 Pilar Digital Literasi dan Johnny Plate

Empat pilar MPR-Ri  sempat gencar menjadi sebuah tagline dan slogan di mana-mana. Semua hampir redup, kecuali kemarin sempat riuh rendah dengan Kemenkeu karena pemotongan anggaran. Apa sih yang sebenarnya telah dicapai dengan program MPR itu? evaluasi itu mana? Sejauh mana mereka melakukan dan bagaimana dampaknya bagi bangsa dan negara.

Toh MPR juga tidak pernah bukan terdengar berteriak mengenai aksi dan juga ormas yang melenceng dari Pancasila? Ke mana saja mereka selama ini? Jangan-jangan ini hanya soal proyek dan  basa-basi di mana-mana gelaran 4 pilar? Tentu ini bukan semata berpikir buruk, tetapi memang  gaungnya, bahkan faktualnya jauh dari apa yang mereka omongkan.

Kali ini, Johnny Plate, Menteri Kominfo juga menggunakan istilah 4 pilar. Harapannya sih ini benar-benar menjadi  pilar, bukan semata sosialisasi tanpa hasil dan dampak bagi hidup berbangsa dan bernegara.

Bagaimana negeri ini dengan pengguna internet demikian besar, peringat tiga Asia, dengan angka 212,34 juta jiwa.  Hanya di bawah China dan India, mereka dengan populasi manusia juga lebih banyak.

Penggunaan sedemikian besar itu, toh masih sering terdengar adanya keprihatinan adanya hozx, ksi terorisme dengan menggunakan media sosial dan internet untuk belajar,  penggiringan opini publik yang tidak semestinya, dan begitu banyak keprihatinan yang lain.

Pinjol beberapa waktu yang lalu cukup viral menjadi bahan perbincangan. Hal yang sangat mendasar bagaimana pangsa pasar yang gede itu masih terlalu lugu. Satu sisi pemanfaatan internet atau digitalsecara buruk, memanfaatkan keadaan masyarakat yang belum melek.

Penduduk atau masyarakat yang rendah dalam berliterasi, menjadikan keadaan dan penyimpangan dunia digital makin menjadi. Lihat saja, apalagi dekat-dekat dengan gelaran pilpres, beberapa kelompok memanfaatkan dunia digital sebagai sarana kampanye buruk.  Fitnah merajalela dan menguar bak jamur di musim penghujan. Miris.

Keadaan yang tidak patut itu akhirnya menggerakan gagasan 4 pilar digital literasi,  yaitu, etika digital, budya digital, keterampilan digital, dan keamanan digital. Apa saja itu pengertian dan aplikasinya dalam hidup sehari-hari?

Etika digital

Kemampuan personal dalam menerapkan sopan santun dalam dunia digital. Sebenarnya sangat mendasar berbicara mengenai etika. Secara dasar kata etika adalah kemampuan membedakan mana yang buruk dan baik.

Contoh etika dunia digital sangat sederhana, tidak ada yang baru. Dunia maya ya sama dengan dunia nyata dalam ha etika. Gampangnya, kalau tidak mau disakiti, atau kalau tidak mau tersingung ya jangan menyinggung.

Hal ini sangat sederhana sebenarnya. hozx, fitnah, dan juga penipuan dalam berbagai modusnya, jika mau menggunakan etika tidak akan terjadi.  Sesuatu yang sudah ada bukan? Tidak baru sama sekali. Sama saja.

Mengapa seolah etika di dunia maya lemah? Karena dunia digital berjarak, orang sangat berani karena merasa tidak kenal dan tidak ada pertemuan fisik sehingga tidak takut malu atau khawatir digampar.

Budaya Digital

Budaya digital merupakan hasil kreasi dan karya manusia yang berbasis teknologi internet. Budaya digital juga dapat tercermin lewat cara kita berinteraksi, berperilaku, berpikir dan berkomunikasi di dunia digital. Hal  yang cukup baru, sehingga perlu penyesuaian dan kemampua, sehingga bisa berjalan dengan semestinya.

Contoh budaya digital adalah interaksi di dalam penggunaan media sosial. Bagaimana cara menampilkan diri baik sebagai pembuat konten, minimal status media sosial, apalagi penanggap. Jangan sampai dikenal sebagai warga bar-bar karena menjadi penyuka perundungan pada sikap dna pendapat yang berbeda.

Miris, bagaimana budaya berinternet kita begitu buruk, caci maki, ujaran kotor dan kebencian menjadi sebuah gaya hidup baru.  Apalagi jika melihat hal yng berkaitan dengan agama dan politik.

Perdagangan digital juga begitu masif. Nah, ketika kita tidak siap dengan budaya baru, yang ada adalah mengeluh dan malah menyalahkan keberadaan internet.

Ketrampilan Digital

Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi informasi berbasis internet untuk berbagai hal. Mau sekadar medsosan, atau malah menjadi peluang bisnis. Begitu beragam dunia digital menyediakan kesempatan untuk mengembangkan diri dan bahkan menjadi profesi, bahkan tanpa modal sekalipun.

Youtuber, telah melahirkan banyak artis, selegram dan instagram, ini bukan main jika mau menjadi kaya, bukan lagi saatnya hanya berpikir menjadi pegawai, ASN, dan seterusnya. Sangat terbuka kemungkinan itu.

Media cetak juga sudah mulai loyo karena dunia digital menjamin kecepatan. Nah ini adalah peluang. Begitu banyak hal bisa dilakukan, menulis, menjadi jurnalis, sambil belajar bisa menjadi uang.

Keamanan Digital

Kemampuan untuk mengamankan aktivitas di dunia internet. Adanya OTP dan password adalah sebuah upaya aman dan nyamannya berdunia maya.  Sering kita baca dan dengar bahwa ada telpon untuk meminta pin ATM dan kemudian tabungan dikuras. Hal ini adalah soal kesadaran mengenai keamanan dunia maya.

Johnny Plate sebagai Menkominfo telah memberikan pilihan program baik bagi masyarakat. dunia digital yang tiba-tiba menjadi tulang punggung karena pandemi disikapi dengan sangat cepat, serius, dan mendasar. Ini penting. Tidak gagap menghadapi perubahan yang amat cepat.

Masyarakat memang perlu edukasi dan literasi terus menerus untuk memberikan pemahaman baru yang sebenarnya memang belum waktunya itu. Transformasi digital  memerlukan begitu banyak hal yang sederhana namun sangat penting.

Terima kasih

suara.com

aptika.kominfo.go.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun