Johnny Plate. Sumber: Pikiran Rakyat.com
Johnny Plate, Kesempatan untuk Menjadi Juru Bicara Presiden
Johnny Plate sebagai Menkominfo, juga menteri-menteri yang lalu, identik dengan menteri blokir mau situs porno atau yang sekarang pinjol. Soal teknis remahan rengginang masalah seperti ini, sekelas menteri terlalu kecil jika demikian.
Jubir, atau juru bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rahman menjadi duta besar. Posisi juru bicara kosong. Harmoko, dengan tagline menurut petunjuk Bapak Presiden, begitu melegenda. Menteri Penerangan era Orba yang sangat fenomenal. Setiap bulan memberikan siaran langsung usai sidang kabinet.
Corong pemerintah itu jelas, ada kesatuan suara, pintu, dan informasi. Tentu bukan mengajak kembali ke gaya Orba. Tentu tidak demikian. Jangan kemudian cara komunikasi yang efektif ala Soeharto itu tidak patut dicontoh.
Zaman berubah memang. Namun, suara yang sama dari satu sumber, istana, kabinet, kepresidenan itu tentu sangat perlu, bagus, dan penting. Beberapa kali, Presiden menjadi bulan-bulanan tanpa ada pembelaan yang cukup berarti.
Bipang Ambawang. Apa salahnya seorang presiden mengampanyekan produk unggulan daerah. Lepas dari kepentingan agama, ini soal bisnis anak negeri. Presiden bukan semata pimpinan sekelompok anak negeri.
Jubir membela malah makin parah. Cara berkomunikasi yang buruk. Makin deras serangan pada presiden.
Kebijakan yang sering menjadi bahan demo rival politik dan oposan waton sulaya, ini jelas perlu juru bicara sekelas menteri. UU Ciptaker yang sangat penting. Harus dihadapi dengan samngat alot, karena begitu banyak kepentingan, yang ujungnya Jokowi ganti, ala Demokrat dan PKS, plus barisan sakit hati.
RUU KPK baru, juga demikian. presiden menjadi bahan serbuan rival politik tanpa ada pembelaan yang semestinya. Seolah itu tugas pribadi Jokowi. Kabinet bisa jadi saling menanti, siapa yang seharusnya bereaki.