Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Baiat NII dan Gagasan Fadli Zon, Prabowo Mana?

9 Oktober 2021   08:50 Diperbarui: 9 Oktober 2021   08:56 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Densus 88: Tribunnews.com

Baiat NII dan Gagasan Fadli Zon, Prabowo ke Mana?

Sangat menarik, ketika ada gagasan Fadli Zon untuk membubarkan Densus 88, di saat yang hampir bebarengan ada pembicaraan pembaiatan NII di Jawa Barat. Lha ini kan bagian pertahanan dan keamanan, apalagi  dia ada di komisi I, dan Prabowo sebagai ketua umumnya ada di Menteri Pertahanan.

Kompolnas sangat sigap menanggapi ide Fadli Zon ini dengan mengatakan, narasi yang disampaikan mirip dengan apa yang biasa dilakukan kelompok radikal dan terorisme.  Jawaban telak yang sebenarnya harus menjadi perhatian bagi Gerindra dan Prabowo sebagai ketua umum. Jangan sampai ada pandangan keberadaan ketum Gerindra itu tidak ada manfaatnya bagi kabinet, bangsa, dan negara.

Apakah Fadli Zon termasuk teroris, atau mendukung aksi teror ini? Jelas sebuah analisis gegabah jika mengatakan demikian. Tetapi ini adalah sebuah menjaga pemilih garis ultrakanan untuk tetap aman dalam genggaman partai bersimbol garuda emas ini. Ini hanya cara berpolitik yang memang tidak elok, namun ya mau apa lagi. Level berpolitik bangsa ini masih segini.

Gerindra tetap masih mau maju dengan calon yang relatif sama, Prabowo. Nah, momentum pemilih lamanya tetap harus terpelihara. Siapa saja mereka, toh publik juga paham. Jangan sampai mereka ini terlepas. Apalagi pihak lain juga memainkan politik di ceruk yang sama ini.

Lihat saja Demokrat sekarang lebih getol menjual mainan ini. Padahal tidak cukup  menjanjikan. Prabowo seharusnya sadar tidak cukup membantu suara kelompok ini. Dua periode  berkelindan dengan mereka toh hasilnya sama saja. Suara mereka cenderung semu.

Memainkan narasi via sosmed, siapa yang bisa meyakinkan bahwa itu asli milik orang perorang, atau memainkan via bot atau hanya karena banyak gadget? Harusnya ini adalah pembelajaran baginya. Lihat saja sering terbongkar aktivis kelompok ini sedang melakukan aksi dengan banyak alat.

Baiat NII

Hal yang cukup mencengangkan di mana sudah cukup lama sepi dari aksi ini. tiba-tiba terdengar lagi. Ini semata momentum yang didapat dan dimanfaatkan. Semua lembaga dan pihak sedang sibuk dengan pandemi. Vaksin, penanggulangan penyebaran, dan juga pertolongan pada para penderita. Mereka pikir keadaan sangat memungkinkan. Mereka lupa, intelijen  tetap bekerja sesuai dengan tugas pokoknya.

Jangan lupa, media juga dengan sangat cepat berbagi info itu. Kadang orang  tidak sadar bahwa sedang melakukan pelanggaran hukum dan mengunggah hal demikian via media sosial. Atau ada pihak lain yang memang peduli. Semua serba mungkin.

Makin dekat dengan 24, makin banyak politikus yang kegenitan dan mencari-cari panggung. Keadaan ini sangat terbuka kesempatan untuk melakukan apa saja. Bagaimana dukungan itu toh ada juga dari politikus yang mengaku nasionalis padahal.

Pembubaran HTI dan FPI juga membuka peluang baju lain untuk memperlihatkan eksistensi diri. Lagi-lagi sangat terbuka kemungkinan itu. Apapun akan dilakukan. Toh juga yang akan ditangkap hanya level operator lapangan. Bos gede aman di balik tabir yang tidak kasat mata. Apalagi yang dikhawatirkan.

Prabowo dan Kemenhan

Terorisme dan aksi fundamentalis, mau ekstrem kanan atau kiri  adalah salah satu tugas dan tanggung jawab Prabowo. Kemarin, Gatot Nurmantyo telah berteriak tentara disusupi PKI dengan dasar asumtif yang sudah terpatahkan dengan sangat mudah.  Jangan-jangan ini hanya sebuah pancingan di air keruh, sehingga orang abai untuk fokus pada sisi lain.

Teriak ultrakiri yang bergerak ultrakanan. Sayang sangat mudah terbaca karena pengulangan terus menerus.

Prabowo jauh lebih bagus itu mencari limpahan pendukung Jokowi yang pada 24 mendatang belum mendapat pelabuhan. Rugi jika memainkan narasi oposan pada Jokowi. Ingat, pemilih Jokowi itu real, nyata, dan sudah memenangkan pilpres dua kali.

Ceruk ultrakanan menjadi ajang rebutan banyak pihak. Demokrat-AHY pun kini makin dalam masuk ke sana. Ada Anies Baswedan juga yang berkubang di sana. Masih ada pula Ridwan Kamil yang masih malu-malu mau. Lebih baik Prabowo minggir dan biarkan mereka di sana. Fokus pada pemilih dan pendukung Jokowi yang nasionalis dan realistis.

Toh pemilih Jokowi belum punya pilihan pasti ke depannya. Karena PDI-P masih belum memperlihatkan keadaan secara terang-terangan. Ini sangat mungkin digarap dengan cerdas oleh tim Prabowo.

Jadilah pejabat berprestasi. Susah memang, ketika lebih banyak memainkan narasi waton sulaya selama ini, berbalik menjadi pekerja. Sebenarnya tidak terlalu sulit jika mau dan sumber dana mereka mampu menyewa penasihat dan konsultan politik yang berkelas.

Semua hanya permainan. Tampak di luar seperti apa belum tentu demikian di balik tirainya. Terorisme memang tidak akan pernah habis sebagaimana maling juga demikian. Toh bisa diminimalkan kala elit memiliki satu visi dan menjadikan musuh bersama. Susahnya atas nama demokrasi orang juga mengencingi demokrasi.

Terorisme itu pelaku demokrasi kerdil, hanya belagak dan tidak berani bertanggung jawab. Berani mati tidak berani hidup. Yang menyuruh saja masih hidup terus.

Keadaan susah memang masih harus dilalui. Harapan selalu ada.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun