Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Napoleon Bonaparte, Jangan Bermain Kotoran, Nanti Bau

22 September 2021   20:25 Diperbarui: 22 September 2021   21:04 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengadilan belum memutuskan kasus Kece, azas praduga tak bersalah sudah dilanggar oleh penegak hukum. Pada sisi lain si penegak hukum sudah divonis bersalah. Paling masih banding sana-sini, menunggu keputusan tetap.  Namun sudah mengulangi perilaku kriminal. Apakah ini tidak menodai agama yang dianut?

Miris hidup di negara ini, kala orang dengan mudah dikelabuhi sesuatu, sehingga abai akan hal yang mendasar, namun terbuai dengan sesuatu yang kalah penting. Begitu banyak logika jungkir balik namun dianggap sebagai sebuah kewajaran dan sebuah kebenaran.

Lihat saja bagaimana Saiful Jamil yang predator anak mau tayang di media elektronik untuk menyuarakan bahaya predator anak. Yakin bisa?  Apa yang mau ditampilkan dengan cengengesan, merasa tidak bersalah, dan selalu benar begitu? Ini hanya contoh, begitu banyak kisah yang mirip. Ketangkap KPK karena maling saja merasa diperlakukan tidak adil, uang dari Allah tidak boleh ditolak.

Setan itu jahat, tapi lebih jahat manusia kala diperalat setan, merasa menjadi agen malaikat. Perilaku iblis namun berlabel agamais. Penyakit kronis yang lebih mengerikan dari sekadar pandemi covid 19. Penyakit ini tidak ada vaksinnya, tidak ada prokesnya.

Pasal karet penistaan agama yang terus saja berulang. Pada sisi lain ada pelaporan kasus lain yang mangkrak, karena korban kecil pelaku gede. Coba jika dibalik, pelaku kecil  korban gede, jangan kaget akan ada demo berjilid-jilid.

Pancasila yang begitu kokoh sekian lama sudah terpojokkan dengan pembiaran aksi sipil yang berkedok agama. Mereka ini sudah masuk ke semua lini kehidupan. Senggol bacok sangat kental jika bicara agama. Padahal dulu sama sekali tidak ada fanatisme  berlebihan seperti ini.

Beragama kog membuat orang beringas, pemarah, dan senggol bacok. Sekali lagi ini bukan agama, namun cara beragama, menyikapi agama, dan bertindak sebagai sesama manusia. Bagaimana mengatakan membela Allah namun membacok ciptaan-Nya.

Pribadi religius, beragama secara mendalam, spiritualitas tinggi itu akan menyamankan orang, wajah teduh bukan beringas. Penyabar dan penuh pengampunan. Lagi lebih jelas tidak akan maling dan membela maling untuk berkeliaran.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun