suara.com
Mangkrak  Nasihat Bijak Ibas untuk Jokowi
Warganet panas, bagaimana Ibas menggunakan terminologi mangkrak untuk memberikan nasihat bagi Presiden Jokowi. Mereka ramai-ramai menggunakan Hambalang sebagai buah karya gagal SBY. Ada yang bagus bagi publik, ini adalah hal baru yang digunakan Demokrat untuk membrandingkan diri sebagaimana biasanya.
Sudah terbiasa bahwa Demokrat baik SBY, AHY, dan elit lain hanya menyerang keputusan, pernyataan, dan fenomena yang sedang terjadi. Ada  hal baru yang mereka coba untuk melakukan "serangan" dengan cara lain.
Mengapa menggunakan kata "serangan"? Karena mereka cenderung memberikan gambarang posisi oposan yang selalu menjadikan pemerintah sebaga rival dalam segala suasana. Ini strategi politik yang mereka pilih.
Kebaruan ala Ibas adalah, ketika ia menggunakan labeling mereka yang paling parah, mangkrak  justru untuk menyerang dengan cara yang sangat halus. Ada maksud untuk melepaskan diri dari lilitan labeling mangkrak itu bagi Demokrat, dan mengalihkan itu untuk dilabelkan pada pemerintahan Jokowi.
Hal yang sangat cerdas sebenarnya. Hal yang  benar-benar baru. Usai hutang mereka tidak berhasil menggunakan itu untuk menggouncang pemerintah. Cobaan baru yang lumayan berani. Apakah akan bisa berdampak? Mari kita lihat leibih dalam;
Pertama, Jokowi itu pekerja keras. Ia bersama tim itu pekerja dan bukan semata tukang ambil keputusan dan kemudian membiarkan demikian saja. Nah, ini pembeda dengan yang lalu-lalu. Pekerja akan melihat keputusan itu benar-benar ke lapangan, tidak semata laporan.
Susah mengharapkan proyek terhenti karena siapa yang bisa melaporkan dengan baik, ketika presiden dengan tiba-tiba hadir di lapangan. Salah satu bukti itu laporan obat yang ternyata dicek sendiri ke apotek dan faktanya obat itu tidak ada.
Relatif sama untuk pembangunan infrastruktur. Lebih mudah melihat bagaimana keadaan jalannya proyek. Barang kelihatan, prosentase kemajuan itu sangat gamblang.
Kedua. Pemerintah, Jokowi dalam ha ini, juga melanjutkan banyak proyek yang mangkrak pada masa lalu, di mana banyak proyek infrastruktur yang pada masa lalu tidak jalan, mangkrak. Pramono Anung pernah mengatakan melaporkan 34 proyek mangkrak pada masa lalu. Ingat, ini masa lalu, ada yang sejak era Soeharto lho, jadi tidak serta merta kegagalan SBY semat.
Ketiga, Jokowi itu jagoan infrastruktur. Sangat terukur, bersama menteri-menteri yang memang tukang kerja dari pada banyak konpres. Lihat saja berapa proyek yang telah diresmikan dengan baik, sesuai dengan jadwal. Susah mementahkan capaian ini.
Keempat, ada inkonsistensi kala mereka, Demokrat itu pernah mengatakan, hentikan pembangunan infrastruktur. Â Dana untuk pembangunan fisik yang mereka asumsikan untuk memberikan bantuan bagi yang terdampak oleh pandemi.
Sangat mungkin ini juga maunya ada mangkrak, sehingga mereka bisa lepas dari bayang-bayang mangkrak itu adalah label mereka saja. Â Dengan demikian, malah terbaca kalau mereka maunya mengalihkan mangkrak itu bagi pihak lain.
Kelima, SBY pernah salah merespons, ketika Jokowi mengunjungi Hambalang, Pak Beye langsung balik kanan, padahal sedang tour de Java. Poin itu membuat publik makin mendapatkan pembenar kalau label itu tepat guna.Â
Keenam, apakah Demokrat, Ibas mampu mengalihkan label mangkrak ke pihak Jokowi? Tidak. Ada dua pihak, eksteren dan sekaligus interen. Mereka dan juga pihak Jokowi yang mau dioperin label itu.
Ketujuh, pihak dalam. Demokrat sendiri selalu kedodoran dalam menjawab apa yang mereka lontarkan. Yang sudah fasih saja gagal mempertahankan dan kemudian menjadikanya bola salju kog.
Apalagi ini adalah hal yang sangat krusial dan mendalam mereka alami. Pihak lainnya pun susah dengan merobohkan dengan cara ini.
Kedelapan. Jokowi dan tim itu kuat dalam perencanaan dan eksekusi. Susah melemahkan Jokowi dengan sisi ini. Salah satu kekuatan dan malah falsafah Jokowi kog. Kerja, kerja, dan kerja itu adalah kekuatan inti Jokowi untuk tetap melangkah.
Kesembilan. Pernyataan rakyat tidak butuh makan semen. Ini sudah berlangsung lama. Mudah dipatahkan dengan pengalaman, ketika banyak tayangan mudahnya mudik, jelas ini sebelum pandemi ya.
Ibas sudah mencoba hal baru. Namun, bagaimana apakah bisa terkapitalisasi untuk "memperlemah" Jokowi? Â Susah melihat berdampak besar, kala itu adalah sematan pada pihak mereka.
Posisi Jokowi lebih baik dan lebih kuat dalam konteks mangkrak ini. Jauh berbeda ketika mereka berani memainkan narasi korupsi. Susah sih, karena mereka juga belepotan dengan itu, dan ada pada posisi yang sama susah.
Lingkaran utama mereka masih  ada di kandang, masih juga ada yang sudah selesai namun masih kerepotan melepaskan label maling. Ini lagi-lagi susah untuk mereka bisa mengubah keadaan.
Sayang, Demokrat memilih berseberangan dengan Jokowi dan kebijakannya. Padahal pemilih Jokowi itu begitu besar, dan itu pada saat lain, pilihan presiden mendatang suara yang sangat mungkin bisa diraup untuk memilih calon Demokrat.
Pemilih Jokowi lebih gede dari pemilih PDI-P. Ini potensi besar yang sangat mungkin beralih. Â Layak ditunggu bagaimana ke depan mereka masih akan bersikap dan berpolitik.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H