Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

4 Lakon Anak Presiden dari Tommy hingga Gibran

26 Agustus 2021   20:28 Diperbarui: 26 Agustus 2021   20:50 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4 Lakon Anak Presiden, dari Tommy Hingga Gibran

Hari-hari ini, bangsa ini sedang disuguhi tontonan anak-anak presiden sedang tampil. Memang, penampilan mereka ada yang bernada positif, tidak bernada alias netral, ada pula yang miring. Ada empat nama yang sedang menjadi bahan pembicaraan.

Tommy Soeharto, anak presiden kedua dan terlama. Puan, anak presiden kelima sekaligus cucu presiden pertama. Cukup unik kedudukan Puan. Ada pula AHY sebagai putera presiden ke enam. Anak presiden ketujuh, Jokowi juga ikutan menjadi bahan pembicaraan.

Masing-masing menjadi bahan pembicaraan dalam kapasitas, perilaku, capaian, dan juga cita-cita atau harapannya. Itu wajar, karena mereka juga manusia, warga negara, dan juga pribadi yang memiliki bapak atau ibu seorang presiden. Orang nomor satu di negeri ini, jadi wajar menjadi bahan pembicaraan.

Tommy Soeharto

Putera Soeharto yang pada masa kejayaan bapaknya, sering menjadi pembicaraan karena kedekatannya dengan artis-artis papan atas waktu itu. Bergonta-ganti pasangan menjadi sebuah label yang melekat pada dirinya. Namun, ia juga pengusaha dalam banyak bidang, dan sangat moncer.

Profesinya sebagai pengusaha inilah yang kini, lebih dari 20 tahun kemudian membawanya menjadi bahan pembicaraan. Pemerintah, melalui Satgas BLBI, sebagai kepanjangan tangan Menkeu dan pemerintah kini menagih hutang Tommy. Langkah yang sebenarnya sangat lamban, namun ketika dilakukan jelas lebih baik.

Ia juga sempat masuk pada bahan pembicaraan ketika mendirikan partai politik dan ikut dalam pemilu 2019. Tidak cukup berbicara meskipun sudah menggaet  mantan pimpinan DPR sebagai sekjend.

Pemilih masih ingat, begitu banyak masyarakat yang belum lupa dengan reputasi Soeharto. Pun kemampuan Tommy sebagai ketua umum juga sangat minim. Hanya mengandalkan nama Soeharto yang tidak menjual, plus kemampuan finansial semata sebagai penguat.

Puan

Mbak Puan sebagai ketua DPR tiba-tiba muncul di banyak daerah denganbaliho photo dirinya. Konon ini kerja relawan. Tetapi melihat kesamaan besaran, model photo dan tulisan, begitu banyak, serempak, susah melihat ini gawe relawan.

Belum juga terdengar ada relawan Puan sebelumnya yang sangat militan dan memiliki agenda politik yang masif. Susah yakin ini bukan gawe politik. Entah siapa di balik itu semua.

Di awal sebelum baliho bermunculan, Puan mengadakan acara internal partai di Semarang dan tidak mengundang Ganjar. Nah inilah awal muculnya sinyalemen perseteruan demi 24 antara Puan dan Ganjar.

AHY

Ini sih ketua umum yang lagi nyari panggung untuk 24. Baliho ada di mana-mana. Memang tidak segede dan semasif Puan. Tetapi cukup banyak juga. akhir-akhir ini banyak melakukan konpres dan main media berbagi tik-tok. Di sana ia banyak melakukan kritik yang dianggap pihak lain sebagai nyinyir. Ini adalah hak yang tidak bisa dibantah. Alam demokrasi sih memberikan peluang untuk itu.

Beberapa kali maunya menyerang pemerintah dan para pendukungnya, namun malah menghajar mereka sendiri. Mengapa mereka? Iya, karena yang terkena sabetan itu Demokrat dan SBY, kadang AHY sendiri.

Karpet merah dan kemanjaan kaum muda. Ini adalah senjata makan tuan bagi AHY. Siapa sih anak muda yang mendapatkan karpet merah sekelas AHY? Parpol diberikan oleh pepo pada sang putera. Mana ada ketua umum semudah AHY dalam jenjang karir dan pengalaman coba.

Buzzer istana atau buzzerRP. Padahal mereka sendiri pakai dan kog seolah-olah pihak lain saja yang memiliki pendukung dan dilabeli buzzer, kalau mereka bebas saja menyewa aktivis media sosial untuk membela mereka.

Kesuksesan SBY menjadi anggota G-20. Ini memang fakta, namun jangan lupa, mereka itu baru saja lengser. Ingatan publik masih segar bagaimana mereka kedodoran menghadapi korupsi, terorisme-radikalis yang merajalela. Pembangunan yang masih juga Jawa-Sumatera terus. Belum lagi proyek yang ngadat dan tidak lanjut sebagaimana mestinya.

Gibran

Anak Jokowi ini memang berbeda dengan cara meniti karir politik. Ia tidak  masuk partai politik, apalaagi ketua umum nasional. Jejak ayahnya seolah menjadi inspirasi.  Menjadli walikota di mana ayahnya sukses itu sangat berat.

Apa yang dilakukan memang bagian tugas seorang pemimpin daerah. Pilihan politik yang membuat publiik senang karena berbea dengan gaya politik yang hari-hari ini lagu booming. Menarik, malah ia cenderung memilih konfrotasi, demi mengabdi pada jabatannya.

Anak-anak presiden itu ada yang memang sedang mencari panggung. Brisik yang bisa saja menuai simpati. Tetapi, jangan salahkan publik ketika itu malah menjadi batu sandungan. Massa bosan dengan gaya berpolitik yang seperti itu.

 Enaknya kekuasaan pernah mereka cicipi. Jadi banyak juga yang pengin untuk dirinya juga menjalani jabatan itu. Tidak ada yang salah dengan itu semua, meskipun juga perlu memantas diri. Pantas tidak, cukup layak atau tidak.

Kesempatan yang sama bagi seluruh anak negeri. Memang ada yang mendapatkan karpet merah, suka atau tidak, rela atau berat hati toh itu sudah garis  tangan mereka.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun