Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar Politik Positif dari Ganjar dan Gibran

5 Agustus 2021   21:31 Diperbarui: 5 Agustus 2021   21:33 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gedung sekolah juga terjaga karena dihuni. Keamanan, kebersihan, dan keadaan sekolah terjaga, terpelihara, dan para pasien juga lebih aman.  Gedung sekolah itu sangat banyak, dan mengurangi risiko kluster keluarga.

Kerja sama bukan malah menjegal. Begitu banyak kisah, berita yang mengatakan pemerintah daerah menyalahkan pusat.  Atau menyalahkan yang lebih atas. Gibran dan Ganjar malah baik-baik saja, dan kemudian becanda.

Ganjar yang mendapat keluhhan warga yang bosan dengan makanan yang itu-itu saja melemparkan candaan untuk menggunakan jasa catering dari usaha Gibran sebelum menjadi walikota. Jelas bahwa akan ditolak karena memang tidak boleh ada konflik kepentingan. Mencari untung, sangat tidak tepat bagi pejabat publik.

Sikap yang ada saling cair, becanda, dan respek satu sama lain. Politik itu tidak sekadar bersaing untuk mendapatkan jabatan. Jangan lupa ada pula kerjasama, diplomasi, lobi-lobi, dan mau mengalah untuk menang.

Sikap menang-kalah lebih dominan dalam berpolitik anak bangsa ini. Padahal tidak mesti demikian. Apa yang ditampilkan Ganjar dan Gibran ini sebuah oase di tengah tabiat berpolitik yang bar-bar, vulgar, dan tidak ada kedamaian. Menjatuhkan rival seolah prestasi.

Pemimpin itu hadir. Datang ke mana rakyat yang ia pimpin membutuhkan. Tidak malah ke sawah tetangga, atau malah menengok kuda yang mau birahi. Lha untuk apa coba? Pencitraan itu penting, namun lebih urgen adalah mutu tindakan untuk menaikan citranya itu.

Politik kita memang masih sebatas kursi, menang tapi tidak berani kalah, dan kekanak-kanakan. Riuh rendah, perendahan kubu rival, dan pokok tenar menjadi prjuangan utama. Padahal banyak hal baik, positif, dan bisa dipilih oleh elit negeri ini  untuk bisa jauh lebih maju.

Kebiasaan dan pembiasaan sepertinya sangat mendesak untuk tahu tanggung jawab. Pemimpin tidak sekadar jabatan lim tahun dan kemudian maju lagi. Bagaimana ia mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun