Pandemi ini, sudah berlangsung hampir dua tahun, di negeri Indonesia khususnya ada yang memanfaatkan untuk bermain politik. Riuh rendah ya para pemain politik terutama parpol yang ada pada barisan oposisi bersama dengan kelompok sakit hati.
Kelompok yang ada pada barisan sakit hati ini ialah, organisasi massa terlarang, pecatan pejabat, dan masa lalu yang merasa tersingkirkan. Narasi yang asal beda dengan pemerintah sangat terasa. Begitu pemerintah, dalam hal ini satgas memutuskan sebuah kebijakan, mereka langsung bereaksi kebalikannya, bisa ditengarai mereka barisan ini.
Toh, yang ada di kabinet, bagian pemerintahan, suka atau tidak, sedikit banyak juga ada yang menumpang tenar dengan keberadaan virus yang menyita perhatian, energi, dan pemikiran seluruh bumi ini. Wajar sih, bagi sebuah negara gede, demokrasi masih latihan, kalau mereka menggunakan segala cara untuk tampil dan menjadikan covid 19 sebagai panggung.
Politik kita memang masih asal tenar, bukan kudu benar dan berprestasi. Asal sering nongol di media, mau itu settingan atau betulan, publik belum sepenuhnya mampu atau mau membedakan. Lihat saja, selama menjabat tidak berbuat apa-apa, waktu menjelang pemilu langsung aksi seolah-olah paling berjasa dan pekerja keras.
Ada pula politikus kelas jalanan, menebar banner dengan menyewa sangat mahal di pinggir-pinggir jalan. Â Bayangkan saja, jika uang itu digunakan untuk membantu sesama, tetangga, kerabat, atau pemilih mereka di tengah pandemi ini.
Johnny Plate, meskipun politikus, jabatan Menkominfo tidak ikut-ikutan heboh dalam  menunggangi virus paling menghebohkan ini.  Padahal banyak kesempatan jika memang mau menggunakannya sebagai panggung politik pribadi.
Prestasi, capaian, dan kinerja menjadi pilihan Johnny Plate di dalam kondisi yang serba baru, semua tergeragap, dan tidak siap. Eropa, sebagai kiblat kemajuan saja jatuh bangun. Pun Amerika sebagai negara yang paling maju sama saja. Kebingungan.
Siapa sih yang siap? Hanya  oposan sok tahu yang merasa mampu dan bisa. Padahal pernah berkuasa dan kacau balau.
Pandemi ini sudah memberikan banyak sikap, cara, dan perilaku hidup baru. Terutama kebutuhan akan internet. Pendidikan, perdagangan, dan tidak ketingggalan bekerja. Aneka pekerjaan harus dilakukan dari rumah, demi menekan potensi penyebaran si covid.
TV Digital
Ini memang bukan sepenuhnya dan rancangan era Johnny Plate, sudah sejak cukup lama dan keputusan untuk dilakukan memang sekarang. Hal yang patut mendapat apresiasi berani melakukan eksekusi atas apa yang sudah cukup lama direncanakan.
Sangat mungkin tarik ulur ramah politis yang biasanya ribet. Pengalaman di parlemen dan jaringan yang ada sangat mungkin membantu untuk bisa lebih cepat selesai.
Pemerintah merancang pada tahun 2032 semua kawasan termasuk desa dan kawasan terpencil sudah bisa mengakses internet. Namun Johny Plate mengatakan, Presiden Jokowi memerintahkan untuk memajukan pada tahun 2022. Maju sepuluh tahun ini bukan sembarangan. Â Sarana dan prasarana, infrastruktur masih banyak yang perlu dibangun untuk memenuhi Sila Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pembangunan BTS bekerja sama dengan operator, sangat penting. Ribuan desa dan kebutuhan BTS harus segera ada. Apalagi  pandemi ini juga menghinggapi pedalaman dampaknya. Anak-anak sekolah harus dilakukan dengan daring dan itu perlu internet.
Kominfo akan mmbangun 7.904 BTS di daerah atau lokasi  3T.  Targetnya selesai pada tahun depan, atau 2022. Tak kenal lelah dan takut corona, semua tetap berjalan.
Bersamaan dengan pihak swasta dan operator akan melengkapi dengan 3.435 desa-kelurahan di wilayah-wilayah komersial, atau yang bisa memberikan angka bisnisnya cukup baik. Johnny Plate berharap dan optimis 2022 semua kawasan sudah 4G untuk menjadi fondasi utama akselerasi transformasi digital.
Palapa Ring. Tol langit yang telah dinyatakan Presiden Jokowi sejak debat pilpres 2019 kini benar-benar dikebut demi melayani 34 provinsi, 440 kabupaten-kota di seluruh Indonesia dengan panjan kabel laut mencapai 35. 280 kilometer, dan  kabel di darat sepanjang 21.807 kilometer. (Wikipedia)
Satelit yang melayani kebutuhan internet bangsa ini ada 9 satelit. Lima milik nasional dan empat milik asing. Itu semua masih belum cukup.
Keuntungan Johnny Plate bukan kementrian yang banyak disorot. Jadi bisa fokus bekerja sebagaimana Kemen PUPR yang tetap melaju di tengah pandemi. Beda dengan kementrian seksi politis yang lain.
Maju 10 tahun dari target itu bukan barang mudah. Tetapi karena adanya pandemi yang memerlukan internet lbih cepat, stabil, dan tentunya menjaungkau seluruh kawasan Nusantara, itu luar biasa. Johnny Plate melakukan itu di dalam senyap. Jauh lebih penting hasill dari pada mengejar rating, tenar, dan panggung politik.
Johnny Plate membangun negeri di tengah hingar bingar politik dengan jalan sunyi yang justru pas dan tepat menjawab kebutuhan internet pada saat pandemi ini. Â Lanjutkan.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H