Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bersama Jokowi Optimis, Bukan Pesimis

17 Juli 2021   10:22 Diperbarui: 17 Juli 2021   11:12 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama Jokowi Optimis, Bukan Pesimis

Hari-hari ini narasi pesimis sedang ada yang mendengungkannya. Sederhana sebenarnya siapa di balik itu semua. Dengan sangat telanjang terlihat kog siapa-siapa saja yang menjadi penulis skenario dan memiliki kepentingan di sana.

Beberapa pihak bisa disebut, politikus yang tidak tahan untuk ngebet menjabat, padahal dalam pemilu tidak bisa apa-apa. Mengaku demokratis tetapi abai falsafah dasar demokrasi, adanya tempo, waktu pemilu yang sudah jelas.

Masa lalu yang terusik keberadaan dan kepentingannya. Ini banyak warna dan jenis. Bisa ormas terlarang, dapat pula pejabat yang tidak lagi mendapatkan bagian kue yang lezat dan mereka sudah kadung suka cita dengan itu.

Terbaru jelas mengenai vaksin. Susah melihat ini tanpa adanya intervensi kepentingan, mau bisnis, politis, dan juga agama yang masuk. Animo masyarakat demikian tinggi. Namun akses ke sana sangat susah. Dugaan bahwa adanya upaya "sabotase", cukup kuat.

Lanjutannya adalah narasi pemerintah gagal dan kudu mundur.  Logika kelewatan yang dibangun, karena memang ngbet berkuasa.

Liburan hari raya jauh-jauh hari sudah dinyatakan dilarang. Pihak-pihak yang itu-itu lagi sudah memprovokasi dengan dalih, agama, budaya, dan sosiologis. Pembongkaran paksa penyekatan dilaporkan dari mana-mana. Apakah ini spontanitas warga? Tidak.

Ini dampaknya hingga saat ini. Tiba-tiba oksigen hilang dan menjadi bahan demikian langka. Padahal pandemi sudah setahun lebih, mosok  tiba-tiba baru perlu oksigen, ini jelas bukan spontan atau paniknya massa. Ada yang menyekenariokan.

Pun obat yang menjadi polemik di antara lembaga yang ada. Narasi lanjutan pihak-pihak yang sakit hati makin menjadi. Seolah-olah pemerintah gagal dan mundur.

Jokowi memang bukan malaikat. Sangat tidak sempurna. Tetapi melihat perjalanan dunia menghadapi pandemi ini, toh bisa dikata bahwa pilihan-pilihan Jokowi sebenarnya tepat. Masalah narasi sebaliknya oleh pihak itu lagi itu lagi yang membuat keadaan memburuk.

Mengaa optimis bersama Jokowi?

Ia pemimpin yang optimis juga. Tidak pernah terdengar ia membalas pernyataan-pernyataan tidak penting.  Fokus pada apa yang seharusnya dilakukan dan menjadi prioritas hidup berbangsa. Tanggapan atas keadaan itu terukur dan benar-benar penting.

Pilihan-pilihannya tidak populer, namun demi masyarakat. Nah, elit menggunakan kesempatan ini justru untuk menyudutkannya, bahwa ia gagal. Ia layak diganti dan turun.

Apa yang telah dilakukan, selama ini belum tentu bisa dilakukan pejabat lain. Ini bukan soal pesimis, namun realistis. Keadaan luar biasa di luar kendali dan program. Semua masih bisa berjalan relatif baik.

Cara ia bekerja, berjalan, dan bersikap menunjukkan sikap optimis. Keadaan seperti ini disikapi dengan pesimis ya bubar. Tidak ada hal yang bisa dicapai, selesai, game over, dan tidak ada kehidupan lebih baik.

Rakyat harus sadar, bagaimana narasi pesimis ini diciptakan. Mau luar atau dalam, itu tidak penting. Satu yang utama, tetap optimis. Pemilu masih jauh, bekerjalah demi kehidupan, bukan hanya demi kekuasaan. Itu semua sementara.

Elit yang membuat keadaan panas, memang sudah berbuat apa sih selama ini? Jangan lupa, mereka tega menggunakan keadaan buruk sebagai kendaraan, mereka juga akan sampai hati untuk mengorbankan rakyat, bangsa, dan negara demi kepentingan sendiri.

Masing-masing dari kita, masih bisa berbuat minimal untuk diri sendiri. Jika tidak mampu berbuat yang gede, lakukan yang kecil juga bisa dan lebih baik. Minimal lakukan secara rasional, jika tidak suka dengan program pemerintah.

Gaya hidup baru, mengenakan masker, cuci tangan, tidak bergerombol, dan mengurangi aktivitas. Narasi pembenar untuk mencari nafkah? Beneran demikian? Tuh elit, sama sekali tidak kekurangan toh masih juga ngider untuk membuat kekacauan.

Saya optimis bersama Jokowi.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun