Ia pemimpin yang optimis juga. Tidak pernah terdengar ia membalas pernyataan-pernyataan tidak penting. Â Fokus pada apa yang seharusnya dilakukan dan menjadi prioritas hidup berbangsa. Tanggapan atas keadaan itu terukur dan benar-benar penting.
Pilihan-pilihannya tidak populer, namun demi masyarakat. Nah, elit menggunakan kesempatan ini justru untuk menyudutkannya, bahwa ia gagal. Ia layak diganti dan turun.
Apa yang telah dilakukan, selama ini belum tentu bisa dilakukan pejabat lain. Ini bukan soal pesimis, namun realistis. Keadaan luar biasa di luar kendali dan program. Semua masih bisa berjalan relatif baik.
Cara ia bekerja, berjalan, dan bersikap menunjukkan sikap optimis. Keadaan seperti ini disikapi dengan pesimis ya bubar. Tidak ada hal yang bisa dicapai, selesai, game over, dan tidak ada kehidupan lebih baik.
Rakyat harus sadar, bagaimana narasi pesimis ini diciptakan. Mau luar atau dalam, itu tidak penting. Satu yang utama, tetap optimis. Pemilu masih jauh, bekerjalah demi kehidupan, bukan hanya demi kekuasaan. Itu semua sementara.
Elit yang membuat keadaan panas, memang sudah berbuat apa sih selama ini? Jangan lupa, mereka tega menggunakan keadaan buruk sebagai kendaraan, mereka juga akan sampai hati untuk mengorbankan rakyat, bangsa, dan negara demi kepentingan sendiri.
Masing-masing dari kita, masih bisa berbuat minimal untuk diri sendiri. Jika tidak mampu berbuat yang gede, lakukan yang kecil juga bisa dan lebih baik. Minimal lakukan secara rasional, jika tidak suka dengan program pemerintah.
Gaya hidup baru, mengenakan masker, cuci tangan, tidak bergerombol, dan mengurangi aktivitas. Narasi pembenar untuk mencari nafkah? Beneran demikian? Tuh elit, sama sekali tidak kekurangan toh masih juga ngider untuk membuat kekacauan.
Saya optimis bersama Jokowi.
Terima kasih dan salam