Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Johnny Plate dan TV Digital

14 Juli 2021   12:46 Diperbarui: 14 Juli 2021   12:51 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Acara-acara televisi yang sangat tidak rasional, tidak mendidik, dan menjual mimpi. Tontonan juga selayaknya adalah tuntunan. Bagaimana acara hiburan tidak ada tuntunan, tidak ada nilai yang mau ditanamkan, malah cenderung banyak dimanfaatkan untuk menebarkan perselisihan dan sikap saling curiga.

Acara wawancara dan debat sebenarnya bagus untuk mendidik anak bangsa melihat perbedaan. Apa yang terjadi selama ini malah cenderung menjual perselisihan dan provokasi. 

Pro dan kontra yang tidak mendasar, namun sekadar asal berbeda. Olah raga saja demikian, apalagi politik yang memang ada tangan dan kekuatan besar yang seolah menyetir keadaan selalu panas.

Belum lagi jika bicara fitnan, hoax, dan pembentukan narasi dan opini. Media televisi juga sudah banyak terkontaminasi kepentingan. Memang masih lebih baik dan media daring atau media sosial, namun jangan lupa, kepentingan pemilik jelas terbaca dari pilihan berita, acara, dan nara sumber ketika mengetengahkan respon atas sebuah peristiwa.

Ini lebih mengerikan dampaknya karena rakyat dominan melihat televisi, penduduknya masih rendah literasi, malah cek dan ricek, apalagi membaca referensi. Saatnya memanfaatkan televisi untuk mendidik anak bangsa.

Tentu saja bukan ala Orba yang indoktrinasinya keterlaluan. Caranya  bisa dipakai, tidak sepenuhnya. Ada penanaman nilai yang baik melalui media televisi.

Johnny Plate harus menjadi pioner memperbaiki mutu anak bangsa. Kala sudah memperbaiki layanan televisi dalam sisi teknis alat, kini pula waktunya memperaiki mutu konten. Bagaimana keberadaan media menjadi sarana untuk mengajarkan kebaikan secara hakiki, bukan sekadar hal yang remeh temeh dan penuh kepentingan yang malah merongrong negara.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun