Negara Gagal ala Ibas dan Cermatnya Jokowi Menggebah SBY
Kala BEM UI menyuarakan dan melabeli Presiden Jokowi dengan "King of Lip Service", Demokrat yang seolah paling girang. Narasi lanjutannya oleh HMI untuk meminta Jokowi turun. Lagu lama ini, susah melihat ini bukan permainan Demokrat.
Usai Rizieq dan Munarman kena jebakan masuk perangkap hukum, bukan berarti mereka tidak berbuat apa-apa dijebak, namun mereka bersikap dan berlebihan dalam menyikapi keadaan, sehingga melanggar hukum. Ini pilihan sadar mereka karena gagal mengendalikan diri.
Nah, para bohir dan pengguna jasa mereka kebingungan. Aksi-aksi yang digawangi duet Rizieq-Munarman selalu sukses. Suka atau tidak, ini fakta yang terjadi. Ketika mereka ini dipisahkan, selesai sudah. Keduanya saling mengisi dan membutuhkan. Tanpa keduanya secara utuh gagal.
Penggunaan mahasiswa, sebagaimana lontaran bawah sadar elit Demokrat, yang seolah mengaku mereka ada di balik aksi dan narasi mahasiswa. Sejak lama mereka susah mmbantah terlibat bersama aksi mahasiswa.
Penolakan UU Cipta Kerja, UU KPK, dan kini malah membuat agenda sendiri menurunkan presiden. Hal yang sangat kontraproduktif, di tengah arus pandemi yang belum mereda. Hari-hari ketika terus menaik, mereka malah mendukung mahasiswa yang mau turun ke jalan.
Eh tiba-tiba Ibas, yang sangat pendiam ini tiba-tiba bicara. Negara gagal pula. Hal yang  sangat tidak patut dikatakan oleh ketua fraksi DPR RI. Mengapa? Keadaan masih jauh lebih baik, narasi buruk mereka ciptakan sendiri, nilai sendiri, dan Jokowi salah.
Satu yang menjadi nilai plus, titik krusial membuat mahasiswa malah tidak mnjadi alirn bola salju, Jokowi mengatakan apa yang mahasiswa sampaikan itu adalah wujud  dari demokrasi. Hal yang masih dalam koridor  alam demokrasi.
Api yang disembunyikan dalam sekam tidak cukup bahan bakar untuk menjadi gede. Sikap yang Jokowi ambil sangat tepat. Padam pelan-pelan. Malah satu demi satu BEM lain bersikap berseberangan.
Pada konteks lain, netizen dan pegiat media sosial malah mengulik siapa Leon sang pemimpin BEM ini. Sasaran tembak yang tidak mengenai dengan telak. Kepalang tanggung, kini elitnya sendiri yang turun gunung.
Ibas hanya mengulang kesalahan Andi Areif dan Rachland Nashidik, di mana apa yang dikatakan, maunya melemahkan Jokowi, malah membongkar kesalahan mereka sendiri. Ini kampanye mahal yang tidak berdaya guna. Beberapa hal yang layak dicermati,