3000 dan Maafkanku
Ini artikel ke tiga ribu. Selama hampir tujuh tahun, kurang dua hari. Terima kasih rekan-rekan Kner atas dukungan, kebersamaan, dan apresiasinya. Dukungan luar biasa, sehingga bisa bertahan. Apalagi yang barengan merangkak era awal 14-an. Kelihatannya yang masih cukup aktif tinggal Prof. Poltak alias Felix Tani, kalau gak salah.
Sudah almarhum Mas Aldi, Mbak Mike yang sudah hilang, Prof Peb yang kadang kala muncul. Keasyikan masa lalu, menjelang pilpres, tak terasa sudah tujuh tahun. Pengalaman asyik dan  kadang jerih, ngeri, iri juga.
Bayangin, semua sudah hijau, belum sendiri, kemudian satu demi satu dapat HL, eh mana  pernah, sampai sekarang sih. Kemudian beranjak biru dan lagi-lagi belum juga. Pokok nulis. Emang sih hampir setiap hari ada di TA, yang sangat mengesan. Itu salah satu upaya branding dari Admin. Sangat wajar.
Terima kasih kepada Mbah Anhuz yang biasa nyundul dengan pasukan kurawa tuyulnya, sehingga segera NT. Ini yang sering membuat panas rekan-rekan lain, maafkan ya.... Pokoknya dibawa asyik juga.
Pernah mekanisme NT itu menggunakan jumlah, komentar. Jadi, biasa ada komentar yang ngaco, biasanya tidak soal isi tulisan, tapi ribet si penulis. Nah manfaatin deh untuk naikin NT, komentar ngaco dan panas, sebentar NT, sudahi...he..he..maafkan ya...
Semua berlangsung dinamis. Era berganti, kini Kreward menjadi sebuah acuan. Kadang kebebasan untuk becanda, menulis suka-suka jadi enggan. Toh itu memang harus terjadi. Wajar, silih berganti. Kepentingan penyegaran.
Nah, apakah masih berlanjut untuk 3001 atau menuju capaian lebih dari Senior? Entahlah, ikut arus dan angin saja. Gairah, semangat, dan krenteg itu sudah berbeda.
Kemarin, Prof. Poltak alias Mas Falix Tani lagi syukuran menjadi Fanatik. Padahal beliau ini menglaim diri sebagai suhu, bisa dicek, ada artikelnya itu, tapi, entahlah kog malah statusnya jauh di bawah yang didaku murid. Maafken Suhu.....
Sudah tidak ada yang mau diperoleh dari jagad K, mentok. K-reward nomer dua tertinggi, capaian tertinggi. Terendah lima puluh ribu, sudah lebih dari cukup  menjadi pengalaman menulis amatiran. Lebih dari itu, sama sekali tidak berani. Cukup.
Mengapa bisa tahan sekian lama?