Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Israel-Palestina, Politik Bukan Agama, Poso pada Diam

14 Mei 2021   12:34 Diperbarui: 14 Mei 2021   12:42 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memanas lagi, ketika Israel berbalas serangan dengan Palestina. Lagi dan lagi, di sini ikutan panas dan ribut. Anehnya menjadi komoditi agama. Ada politikus yang menggunakan lambang yang berbau Palestin untuk sholat Idulfitri.

Seorang pengamat militer mengatakan, bukan model Yadudi-Israel usil dan melakukan serangan. Tetapi, biasanya dari Palestina, faksi, pejuang, dan entah siapa lagi yang biasanya usil terlebih dulu.  Pemberitaan model demikian, sangat sedikit di sini. Tidak mau tahu dan tidak paham karakter, karena merasa sama warnanya pasti benar. Si pengamat ini pernah tinggal di sana, jadi tahu dengan baik karakter dan kebiasaan yang terjadi.

Masalah Israel-Palestina itu bukan soal agama, lha mereka, Yahudi, Kristen, dan Islam juga hidup bersama kog. Memangnya di Palestina tidak ada Yahudinya apa? Sama saja, jadi ini bukan masalah agama, namun masalah politik dan persoalan batas negara dan tanah.

Yaman, itu jauh lebih tepat jika diperjuangkan, didengung-dengungkan di sini. Kejahatan kemanusiaan yang amat sangat. Lha mengapa pada diam? Ya karena tidak seksi dan tidak berani melawan Arab  Saudi sebagai pelaku serangan. Bisa berabe kalau urusan dengan Saudi Arabia. Berbeda ketika mengutuk  Israel akan banyak yang bersorak-sorai.

Masalah luar yang tidak ada sangkut pautnya saja heboh, padahal di depan mata sendiri, Poso sana ada empat warga biasa dipenggal oleh entah siapa, dugaan sih teroris, semua pada diam.  Ini juga soal politik yang menggunakan kedok agama, apalagi ada narasi agama tertentu memerangi  pihak lain di sini? Tidak.

Politiknya juga lebih kuat, kala faksi yang ribut di sana ternyata ada benang merah dengan yang ada di sini. Mereka satu ibu kandung dan seolah menjadi bahan kampanye memanaskan keadaan. Dukungan yang sejatinya keliru, hanya karena sudah ada pembiasan, dan memang tampaknya ada kesengajaan untuk membawa-bawa sentimen agama.

Jangan lupa juga, kubu pemenang pemilu Amerika itu tukang perang. Jadi tidak heran mulai panas di daerah-daerah, kawasan yang suka ribet dan ribut. Jika perang juga bicara senjata dan ujungnya adalah duit.

Narasi yang berkembang kini makin baik, ketika ada penyeimbang yang menyuarakan, bukan dan sama sekali tidak mengenai agama, ini soal politik kebangsaan. Jadi jangan latah dulu, hanya karena kebetulan yang menjadi sasaran adalah tempat ibadah. Perlu diketahui, itu benar orang beribadah diserang, ataukah memang basis massa yang berlindung di tempat tersebut untuk mendapatkan keamanan dan menuai simpati?

Yang di sinipun setali tiga uang, 11 12, jadi mereka paham kog ini bukan soal agama, namun siapa mau peduli jika yang dikatakan soal politik dan rebutan kekuasaan. Mereka paham dengan baik.

Media pun sama saja. Mana mau memberitakan soal peperangan biasa. Bias dengan kaitkan pada agama, menarik publik untuk sekadar klik atau membaca.  Hal yang perlu dipahami dan perlu juga untuk diperbaiki. Peran media untuk memberi pembelajaran pada publik patut dipertanyakan.

Pemuka agama kadang juga pengetahuannya terbatas. Namun demi mendapatkan pengikut dan tenar, ikut-ikutan memainkan narasi politis yang disangkutkan dengan agama.

Menjadi persoalan adalah, ketika kita merasa diri lebih baik, padahal  kondisi politik dan juga agama di sini sama belepotan dan bopengnya. Tidak  tahu masalah dengan jelas, hanya klaim, sepihak, dan narasi-narasi ngawur.

Lebih terbaca lagi, agendanya di sini adalah para pemainnya biasa menggunakan politik identitas dalam gawe politik mereka.  Suka atau tidak, layak disadari, bahwa bangsa ini masih sangat mudah dikelabui.

Apa yang seharusnya dilakukan?

Membedakan pada porsi dan ranah masing-masing. Agama ya biarkan pada posisinya, politik pun demikian. Mengerikan, ketika politisasi agama bukannya menggunakan agama menjadi dasar dalam berpolitik yang memiliki etika, malah agama diturunkan martabatnya menjadi alat kekuasaan semata.

Suka atau tidak, rela atau berat hati,  toh itu terjadi. Memang partai agama selama ini tidak bisa menjadi sangat populer, toh dalam beberapa kasus, keadaan ini menjadi andalan. Isu komunis, kriminalisasi ulama, memusuhi agama, adalah agenda-agenda politisasi agama.

Rakyat harus dibina, dididik, dan diajarkan, bahwa agama bukan semata istilah, tidak hanya kata-kata atau ayat suci yang didengung-dengungkan, namun juga diaplikasikan. Paling sederhana adalah masalah korupsi. Maling doit negara untuk kepentingan sendiri, padahal agamanya baik, lancar, dan apalagi soal pakaian. Toh maling masih dengan bangga dan leluasa.

Jika orang sudah malu dengan label agama mau maling, sedikit banyak keadaan akan lebih baik. Pasti banyak hambatan, karena perilaku munafik oleh pemain politik model ini amat kental. Mereka tidak malu-malu berseru konon surgawi dengan bahasa apalagi perilaku nerakawi.

Sikap munafik, agama sebatas ritual dan hafalan, belum sampai menjadi gaya hidup, pedoman ketika mau berbuat. Sedikit-sedikit agama, namun babi ngepet percaya. Mendengar babi panggang sudah ngiler. Kog komentar yang ada di Timur Tengah sana.

Berbicaralah kemanusiaan bukan hanya soal agama. Jika demikian, hati menjadi lebih adem, sama-sama manusia, hanya bajunya berbeda. Lha Penciptanya juga sama kog, ribut saja.

Cinta kasih itu alamiah, kebencian itu perlu pengajaran. Nah para pengajar ini perlu yang benar-benar paham, bukan hanya sekadar berani. Jadinya ngaco dan pokok tenar.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun