Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar dari Meninggalnya Tengku Zulkarnaen, Permainan Politik, dan Covid-19

11 Mei 2021   10:34 Diperbarui: 11 Mei 2021   14:50 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pun, sangat mungkin para politikus itu fasilitas kesehatan premium, jadi aman, berbeda dengan pemuka agama, sudah mobilitas tinggi, kerumunan sangat mungkin terjadi, dan gaya hidup sehat yang buruk.

Apalagi sudah comorbid duluan. Mau apa lagi.

Empat, rata-rata mereka, para korban covid, baik yang sudah meninggal, atau masih bertahan, atau sembuh, adalah para penganut paham covid rekayasa, tidak mungkin kena covid, karena mencampuradukan, iman, kesehatan, dan kadang politik.

Iman itu juga perlu usaha, salah satunya prokes, masker, dan mereka-mereka ini, menafikan itu. kog, malah menyalahkan pemerintah.

Lima, kalau plaku media sosial dan berinternet ria dengan wifi gratisan, mode gratis medsos, atau paketan kek saya gocapan mbok ati-ati, tidak punya jaringan, link, dan juga pembela yang akan meloloskan dari jerat hukum. Berbeda jika anggota dewan, pusat lagi, atau pengurus pusat partai politik.

Kalau warga biasa, lebaran beli rengginang saja nunggu THR, sudahlah, tahu diri tidak usah lebay, pengetahuannya belum menyeluruh, yang dibela dan yang dicaci belum tentu sebagaimana yang terpampang pada media.

Enam, para korban, almarhum, ataupun yang masih di penjara, berproses hukum, mereka ini sejatinya korban. Menjadi alat permainan politik elit yang hanya mau menimbulkan kegaduhan politik. Mirisnya mereka mau-mau saja karena sejatinya tidak tahu.

Apa yang sebaiknya dilakukan?

Pemerintah, tegas menindak siapa saja yang membuat hoax, narasi ngaco, dan bermain-main dengan tudingan asal bicara. Jangan hanya akar rumput, pelaku antah-barantah, justru para elit. Di sanalah induk atau biang masalah.

Sama juga dengan mengatasi mata ikan di telapak kaki, selesaikan saja induknya lainnya akan ikut hilang. Jangan dibalik, percuma. Akan lahir receh-receh baru, karena kekuatan narasi dan uang dari para elit itu.

Pendidikan, ini sih jelas jangka panjang, karena mengubah tabiat, bahkan budaya. Cepet bertindak, lambat berpikir, dan reaktif tanpa tahu konteks dan teksnya terlebih dahulu. Ini jelas pendidikan yang memegang peran krusial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun