Aneh dan lucu saja. Teroris yang membahayakan negara, penggunakan agama untuk membenarkan perilaku membunuh malah dibela. Padahal, dari sisi manapun lebih parah. Ke mana Demokrat selama ini? Atau malah memang sudah mulai kekanak-kanakan, eh kekanan-kananan dengan model politik identitas?
Mas AHY, memang politik menyerang dan menyasar orang besar itu bisa mendapatkan jauh lebih besar kalau sukses. Tetapi selama ini selalu keliru dan salah. Mungkin tenar, tetapi cemar. Jauh lebih tidak produktif.
Ingat, pemilih Jokowi itu lbih gede, suka atau tidak, apalagi jika dibandingkan dengan pemilih ultrakanan. Lihat saja pergerakan mereka selama gelaran pilpres. Toh tidak cukup membantu Prabowo dalam dua periode pemilihan.
Perlu diingat, bukan para pemilih kelompok agamis yang membuat suara Prabowo signifikan, tetapi soal pokok bukan Jokowi. Cukup aneh, ketika Demokrat malah mau meraup suara yang sudah aman, dan malah membiarkan potensi sura pendukung Jokowi yang besok pilpres sangat terbuka ke mana saja.
Belum lagi, ceruk kecil ultrakanan diperebutkan dengan PKS, PAN, plus Partai Ummat, dan jangan lupa ada Gelora. Ini jelas tidak tepat, jika Demokrat membidik kelas ini.
Jangan kemudian menyalahkan Jokowi kalau kemudian Demokrat malah masuk jerat. Itu kesalahan dalam memilih cara membranding diri dari pada masalah dari luar yang selama ini dijadikan alasan.
Jokowi memang tidak sempurna. Toh lebih banyak yang bisa disasar dari pada soal bipang. Penanganan korupsi yang jalan di tempat. Masalah klasik yang tentu Demokrat akan disikat kalau bicara korupsi sih.
Terorisme, juga sangat terbuka untuk dijadikan bahan kritikan. Lagi-lagi mereka juga belepotan. Repot sih.
Mas AHY, jauh lebih baik fokus ke dalam. Kurangi  ngribeti pemerintahan. Lihat laku Ferdinand Hutahaean lebih mendapatkan simpati publik. Apa yang ia lakukan memang wajar dan normal. Apa artinya? Publik sudah memiliki penilaian yang lebih terbuka dan lebih pas.
Sudah ada contoh, sudah ada mantan kader yang melangkah dengan mendapatkan point dari publik. Lha apa salahnya ikut sih?
Tidak salah menjadi oposan, bagus sih, tetapi yang berkelas dong. Malu sama babi, eh malu sama nama gede kalau urusannya cuma sekelas babi.