Contoh dari politikus dan elit yang memang demikian. Â Miris, karena mereka nyolot ikut-ikutan elit yang dilihat bisa mendapatkan panggung.
Penegakan hukum yang lemah. paling banter meterai cemban. Elit berkeliaran dengan dalih identik, dibajak, dipelintir media.
Presiden itu pemimpin seluruh bangsa. Penggemar babi panggang, termasuk saya, meski tidak mampu beli, juga warganya Jokowi. Apalagi, jika dikaitkan dengan hari besar di kisaran Lebaran. Sapaan untuk yang kecil itu juga penting.
Heboh, ngamuklah, kalau ayo lebaran ketupat dengan bipang. Silakan dongkel presiden. politikus itu juga tahu, kalau pernyataan ini tidak ada yang salah, tetapi biasa mereka mau mencari panggung.
Politikus minim prestasi dan mau menutupi keburukan sendiri. Ada PKS da Demokrat yang membesar-besarkan di sana.
Sekaligus ini adalah pendidikan politik. Menag mengajak doa dari seluruh agama saja banyak yang nyolot, padahal salahnya di mana coba?
Harapan baik, usai warung wajib tutup di bulan puasa, kini mereda, eh hanya mengatakan makanan khas daerah yang mungkin dirindukan warganya yang diperantauan, dijadikan polemik. Â Bangsa yang susah dewasa.
Kaca mata kuda yang dikenakan, hanya keakuan yang paling benar, ini adalah ciri orang yang tidak dewasa. Diperparah politikus kanak-kanak yang memainkan sembarang narasi pokokya salawi.
Heboh pada hal yang tidak mendasar. Persoalan pokok malah abai. Kala bipang haram diributkan, korupsi malah didiamkan kala banyak elit berpesta pora.
Kapan sih dewasa dan bersikap proporsional. Babi ngepet saja percaya, tapi mengaku paling agamis, dan mendakwahi orang soal moral, yang sering masih kacau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H