Paul Zhang sudah menjadi tersangka. Saya tidak peduli agamanya apa, dan malas kalau dikatakan dan dikaitkan rasis. Mau dikarantina atau dianggap provokasi yo silakan. Tetapi cermati isi dengan kepala dingin, apa yang tertulis, bukan asumsi apalagi  hanya membaca judul, lebih ngaco lagi tudingan latar belakang saya semata.
Saya sangat tidak suka, model beragama dengan mengulik agama lain. Sama juga orang sudah punya rumah masih longak-longok rumah orang. Tidak sopan dan juga bisa dianggap mau maling. Mau rumahmu dianggap baik ya berbuatlah baik, bukan malah melempari lumpur rumah tetangga. Itu mungkin sesaat baik.
Pola yang ada memang masih cenderung demikian. Hanya mengejar label, Â kemasan, bungkus, dan asesoris. Nah itu paling mudah memang dirusak, dikotori, dan dibuat buruk. Apakah isi akan sama buruknya? Sama sekali tidak, ketika penghayatan dan perihidup beriman mendalam dan mengusung isi.
Soal Paul Zhang ini, sebenarnya bukan hal baru, hal yang luar biasa, dan hal yang spesial. Hampir setiap saat kog ada. Lha masalahnya adalah ini dilakukan kaum kecil pada yang dominan. Reaksinya jelas seperti apa.
Kebetulan pula ada dua kejadian yang hampir bersamaan terjadi. Ada  mantan penganut Hindu menjadi penceramah bagi agama barunya. Ndilalah menyoal agama lamanya. Pelaporan berduyun-duyun.
Ada pula pemuka agama, alihan juga yang melabeli agama lamanya prosetan. Pelaporan tidak ada. Karena tidak dianggap penting dan tidak merusak isi juga. Hal yang biasa dilakukan penganut ini.
Nah menarik adalah,
Ketika Paul Zhang dipersoalkan dan menjadi tersangka. Melibatkan interpol segala, ini menjadi pintu masuk untuk menyelesaikan persoalan intoleransi yang makin menggejala dan awur-awuran. Mengapa demikian.
Narasi yang dilakukan oposan adalah, kriminalisasi ulama. Nah ketika Paul Zhang sudah tertangkap, penegakan hokum dilakukan. Semua narasi itu tidak akan mendapatkan lagi poin krusial.
Memang kubu waton sulaya masih akan berlaku sama saja. Narasi ngaco demikian, tetapi toh penegak hokum bisa melaju dengan lebih ringan. Persoalan ini tidak semata agama, namun soal politik dan ideologis yang sangat kentara.
Pemanfaatan Paul Zhang sangat  mungkin. Bagaimana  upaya provokasi selama ini adalah penyerangan oleh pihak gede kepada yang kecil. Peledakan, perusakan, pelarangan ibadah dan rumah ibadah, pemakaman, ceramah yang begituan terus berulang. Ini dinilai gagal. Nah model diubah, karena pernah sukses dengan kisah Ahok.