Belajar Kritik Penuh Cinta Ala Hans Kung
Gereja Katolik kehilangan salah satu teolog besar abad ini. Hans Kung seorang pemikir Gereja Katolik yang sangat keras melakukan kritik pada gereja. Saking kerasnya ia dicabut hak mengajarnya. Bayangkan seorang pemikir dan akademisi namun hak mengajarnya dilarang.
Hebat. Ia tetap setia di dalam naungan Gereja Katolik. Sempat membayangkan, bagaimana ia tetap setia pada Gereja yang sempat menjadikannya pesakitan. Almarhum mengatakan, ia seolah diikuisisi, hukuman bak Galilei Galileo masa lalu. Dikungkung apa yang paling ia sukai.
Jatuh bangun ia tetap ikut dalam bahtera Gereja Katolik. Itu yang sangat  menginspirasi. Ia tetap setia meskipun menjalani hukuman pada sesuatu yang ia cintai.
Beberapa hal yang layak dijadikan inspirasi, tanpa  perlu membahas mengapa ia dilarang mengajar, sebagai berikut;
Ia mengambil disertasi dari pemikira Kristen Protestan. Sambil berseloroh ia mengatakan, biar semua orang tahu yang pinter bukan hanya Jesuit. Ini sekelompok bagian Gereja Katolik yang terkenal karena pemikirannya.
Mengambil tema dari pihak yang memisahkan diri dan bisa dijadikan bahan gurauan, memberikan gambaran betapa luasnya pemahaman dan penghayatan imannya. Tidak mencari perbedaan namun mengesplorasi persamaan.
Mengritik banyak kebijakan Gereja Katolik, tanpa ia menjadi lawan Gereja Katolik. Ia termasuk muda, 34 tahun ketika menjadi salah satu pemikir dalam gawe terbesar Gereja Katolik abad ini. Gereja modern melahirkan banyak pembaharuan, dan ia yang masih relatif muda ikut serta.
Sahabatnya menjadi paus, Paus Benediktus, toh hukuman itu masih berlanjut. Ia makan bersama di kediaman pribadi paus, namun tetap saja melontarkan kritik. Sahabatnya menjadi pribadi tertinggi di dalam Gereja Roma bukan berarti ia mencoba mendapatkan keringanan dan tetap juga mengeluarkan kriitiknya.
Konsistensinya atas apa yang ia pandang dan nilai benar. Sampai menutup mata masih sama. Siapapun yang menjadi pemimpinannya di dunia ini.
Paus emeritus Benediktus pun menelpon untuk mendoakannya, ketika ia makin lemah. Pun Paus Fransiskus tidak lupa juga menghubungi dan memberkatinya.
Pelajaran berharga, bahwa kritik itu bukan kebencian, namun justru kecintaan. Cintanya pada Gereja Roma membuat ia berpikir yang terbaik bagi Gereja. Ia tetap  mengabdi pada Gereja Katolik meskipun dihukum. Tidak ada yang kurang darinya.
Kehilangan, sekaligus mendapatkan inspirasi hidup. bagaimana "oposan" itu bisa juga konsisten dan dasarnya karena cinta bukan sebaliknya.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H