Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paskah dan Pengalaman Iman

3 April 2021   19:24 Diperbarui: 3 April 2021   19:30 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegagalan atau kejatuhan Yudas Iskariot. Ia mencium Yesus sebagai tanda kepada prajurit Roma mana orang yang harus ditangkap. Usai penangkapan, itu Yudas dibayar dengan uang yang cukup banyak. Ia menyesal dan membuang uang itu kembali kepada para tua-tua Yahudi yang membayarnya.

Ia menyesal ketika sudah terlanjur, dan memutuskan untuk bunuh diri. Penyesalan dengan ujung bunuh diri.

Petrus dan Yudas itu sama. Sama-sama gagal sebagai murid. Yang membedakan adalah pilihan sebagai wujud atas sesal itu. satunya balik arah dan kemudian dijadikan pimpinan Gereja Perdana, menjadi saksi kebangkitan, pertama masuk pada makam kosong.

Petrus sebagai murid terkemuka, murid yang lebih muda, meskipun sampai duluan, tidak masuk. Ini adalah hak Petrus. Kemudian ia meninggal dengan cara disalib, namun karena malu sama dengan Yesus, ia meminta salib terbalik. Kepala di bawah.  Pengajaran dan kesaksiannya bahkan hingga hari ini.

Yudas Iskariot. Ia menyesal dan bunuh diri. Hal yang sangat wajar sebagai perwujudan sesal itu bisa bermacam-macam. Gambaran citra Yudas memang tidak selalu baik. Ia dinyatakan sebagai bendahara yang tidak jujur. Artinya memang ia adalah figur yang tidak sejalan dengan rancangan kasih Tuhan.

Persitiwa kebangkitan,  harus dimaknai sebagai peristiwa spiritual, di mana orang mudah jatuh dalam kesalahan. Salah memilih pasangan, salah perhitungan dalam bisnis, salah dalam berkomunikasi, dan jutaan kesalahan lain. Namun apakah itu cukup?

Tidak. Berbalik arah, mengubah kesalahan itu untuk perbaikan diri menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Tidak semata meratapi kejatuhan. Jatuh itu memang memalukan, meratap itu mungkin melegakan, namun tidak menyelesaikan masalah.

Ketika ada teroris, ramai-ramai mengutuk, apakah itu cukup? Jelas tidak. Namun bagaimana bersama-sama mencegah adanya pengajaran-pengajaran yang membawa pada pilihan yang salah. Selama ini mana pernah ada penangkapan kepada pihak-pihak yang ada di balik layar. Semua hanya pelaku lapangan.

Bangkit dari keterpurukan itu tidak banyak.  Melihat di balik peristiwa itu juga tidak mudah. Namun itu bukan berarti tidak mungkin. Semuanya adalah mungkin.

Selamat Paskah, Rekan-rekan yang Merayakan

Kemenangan atas maut adalah jaminan dari kasih Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun