Siapa Sangka Presiden Hingga Ketua MPR Penyuka Mi
Ini bukan soal takut karantina atau lockdown ala K. Â Tapi sekali-kali ikut meramaikan topik pilihan. Eh kebetulan ada waktu untuk mencari-cari pembicaraan mengenai penyuka mi. Ternyata selain pejabat, ada pula artis, ada pula pesohor yang menyukai makanan ini.
Dato Sri Tahir
Pengusaha kaya raya, salah satu orang terkaya di Indonesia ternyata penggemar berat mi. Jika pergi ke luar negeri, ia selalu membawa mi. Makan di hotel dengan mi cup, dari pada makanan hotel atau restoran.
Mi dan sambel menjadi favoritnya. Jika bepergian ke luar negeri ia membawa dari rumah sambel dan mi banyak-banyak.
Gaya hidup sederhana dan hemat sebenarnya. Toh malah yang hartanya terbatas eh bergaya dan makan serta gaya hidupnya berlebihan. Lebih besar pasak dari pada tiang, pas bagi  pelaku mengikuti gaya hidup model ini.
Bambang Soesatyo
Mirip dengan Dato Sri Tahir, kalau ke luar negeri ia membawa mi banyak-banyak. Koper kosong sekembalinya ke tanah air dipenuhi oleh-oleh.
Ia tidak merasa itu sebagai bagian dari gaya hidup sederhana, namun karena praktis. Hanya perlu beberapa menit siap santap. Tanpa menu atau rasa favorit, asal mi dan ada telor sudah santap langsung.
Kebiasaan kala menjadi wartawan ini tidak hilang, ketika sudah menjadi ketua MPR. Â Menu paling gampang sedunia ini memang paling praktis.
Siapa sangka sih presiden 32 tahun dengan kekayaan luar biasa itu ketika di istana, tidak di Cendana, ia hanya pesan mi instan pada koki istana. Â Padahal sebagai presiden akan selalu siap apa saja makanan yang dikehendaki. Koki istana akan siap menyajikan, atau membelikan dari restoran kelas atas sekalipun.
Beberapa waktu lalu, ada pembahasan mi instan produksi Indonesia menjadi bahan dan barang mewah  di Afrika. Di sini saja presiden hingga ketua MPR makan mi instan. Jadi jangan salah lagi dan meremehkan pemakan mi khususnya mi instan itu khusus anak kos.
Soal isu dan kepercayaan mengenai makan mi terutama mi instan akan begini dan begitu, ya kembali pada individu. Semua bisa ditakar masing-masing. Tidak bisa digebyah uyah.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H