Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hambalang dan Ibas, Puputan Demokrat

25 Maret 2021   20:03 Diperbarui: 25 Maret 2021   20:03 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hambalang dan Ibas, Tanda Perang Puputan Demokrat

Pantun berbalas ala Demokrat masih berlanjut. Usai SBY membuat puisi sahabat yang melukai, kini kubu KLB membuat keterangan pers di Hambalang. Awalnya, pada keterangan sebelum acara, alasan yang dikemukakan, adalah tempatnya terbuka. Sangat pas dengan kondisi pandemi.

Di dalam acara, keterangan mengenai tempat itu sangat menohok. Ini adalah benar-benar Hambalang Lautan Api, puputan Hambalang, atau Perang Habis-habisan ala Demokrat. Mengapa demikian?

Pertama, Hambalang. Semua paham betapa sensinya kader dan elit Demokrat ketika ada penyebutan Hambalang. Apalagi jika itu menyangkut pemerintah. Masih ingat mungkin tahun 16 ketika SBY tour de Java, Pak Jokowi datang ke Hambalang, hanya geleng-geleng kepala. Langsung turnya selesai.

Kader-kader level top masuk bui karena kasus Hambalang. Anas, Angelina Sondag, Nazarudin, dan masih ada lagi. Mereka ini ramai-ramai menyebut satu nama yang masih bebas. Nah ini berkaitan dengan nomer dua.

Kedua, penyebutan dan menyeret paksa Ibas. Tentu SBY tahu siapa Ibas, usai AHY habis dijadikan bulan-bulanan, kini sang adik pun akan diperlakukan demikian. Ini jelas berkaitan dengan kasus Hambalang, karena fakta persidangan, semua pihak menyebut nama Ibas.

Apakah ini rekayasa atau tidak? Ya pengadilan yang memberikan putusan, bukan asumsi dan juga tidak klaim sepihak.

Siapa sih bapak yang tidak habis hatinya, ketika melihat buah hatinya dijadikan sansak oleh rival-rivalnya? Dua-duanya lagi.

Jelas ini adalah pilihan politis menjadikan Hambalang sebagai tempat keterangan pers. Max Sopacua selaku Ketua Dewan Kehormatan mengatakan, dari sinilah kemerosotan Demokrat, dan dari tempat yang sama menjadi titik balik untuk kembali pada kejayaan pada 24 mendatang. Menarik pilihannya.

Dua simbol strategis yang sangat menohon, ini adalah jantung dan hati SBY. Di mana puteranya menjadi fokus pusaran korupsi, dan satunya adalah kawasan dan bangunan yang mangkrak karena urusan korupsi. Fakta yang sangat jelas enggan SBY lihat dan perhatikan.

Pilihan politis yang sangat keras dan tegas dari kubu KLB. Tekanan yang dijawab Moeldoko dulu ternyata makin menusuk dan menyasar pada inti dari Demokrat itu sendiri.

Kesalahan SBY dan AHY adalah memecat kader yang menjadi amunisi untuk "melawan". Harusnya mampu merangkul bukan malah mendepak. Memang masih banyak kader yang membela bahkan dengan segenap jiwa dan raga, santet, barisan kebal, dan lain-lain. Toh dengan permainan kubu KLB yang makin masif ini sangat merugikan.

Jawaban dan pilihan SBY dan AHY untuk menjadikan pihak yang berseberangan sebagai musuh yang perlu dikeluarkan telah menjadi bumerang. Kekuatan mereka makin kuat karena sikap SBY dan AHY yang keliru.

Pendekatan pada pihak-pihak di luar itu jelas salah. Contoh apa faedahnya mendatangi JK? Kan bukan siapa-siapa Demokrat. Mengapa tidak pendekatan pada Marzuki Ali misalnya. Komunikasi itu lebih penting dari pada main pecat.

Keadaan ini akan berlarut-larut, ternyata SBY belum mengambil sikap untuk menang-menang di dalam menyelesaikan kemelut. Pilihan menang-kalah yang sejatinya mengingkari semboyannya sendiri, satu musuh terlalu banyak. Miris sebenarnya. Tahu namun tidak mau.

Sangat mungkin SBY lebih tidak terkendali lagi menyikapi keterangan pers ini, karena dua hal tersebut. Hal yang bisa diprediksikan akan kontraproduksi karena keadaan makin buruk. KLB sedang di atas angin. Jangan gegabah untuk bersikap dari pada nanti mendapatkan kondisi yang lebih buruk lagi.

Mekanisme politik korban sudah tidak lagi mempan, kecuali hanya beberapa pihak yang sangat setia pada Demokrat. Tetapi, ketika mereka bicara hanya mendapatkan cibiran. Artinya lagi-lagi itu adalah kerugian.

Masih jauh adanya harapan mereka mau dan bisa rekonsiliasi dan kemudian konsolidasi. Ingat Demokrat itu masih hijau. Jangan sampai malah tercerai berai karena egoisme segelintir elit.

Amunisi kubu KLB masih ada, pelaporan AHY, SBY, dan Ibas. Ini jauh lebih memalukan. Mengapa tidak diantisipasi dengan lebih baik dan bijaksana sih? Saya bukan tidak suka Demokrat, namun pilihan berpolitik mereka. Tidak tega rasanya mantan presiden sudah sepuh harus mondar-mandir kepolisian atau KPK.

Saya yakin SBY masih tidak akan dipersoalkan di muka hukum, namun apa iya untuk AHY dan Ibas? Ini jauh lebih memilukan melihat kedua buah hati menjadi terlapor. Salah langkah sedikit saja bisa berabe.

Harapannya, Pak Beye bisa menahan diri dan menjadi pioner untuk mengadakan islah, rekonsiliasi, dan komunikasi kepada semua pihak yang berkaitan dengan keadaan Demokrat yang makin panas. Saatnya mendinginkan suasana bukan malah memanaskan.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Sumber:
kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun