Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Anies Baswedan Mendengarkan Masukan Ini?

20 Februari 2021   20:12 Diperbarui: 20 Februari 2021   20:15 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akankah Anies Baswedan Mendengarkan Masukan Ini?

Menteri PUPR menyentil pejabat daerah yang biasa banjir hanya dengan membuat bak penampungan dan pompa saja. Dampaknya kerugian lebih besar, jika penyelesaian hanya mengandalkan teknis dan partial demikian. Hal yang  memang sangat komplek berbicara banjir.

Bak penampungan dan pompa mengandaikan saluran lancar, listrik baik-baik saja, pompa bekerja optimal, dan kapasitas air masuk dan keluar jelas. Daya tampung terukur dan sangat terbatas. Belum lagi jika bicara kekuatan bak dan daya tahan terhadap aneka macam masukan, dan lingkungan sekitarnya.

Jakarta dan perkotaan besar, lebih banyak habis untuk pemukiman, kantor, gedung penyedia jasa, dan bangunan bisnis yang biasanya sangat anti  air. Pokoknya kawasanku aman, mau lari ke mana terserah. Cek saja apakah benar atau tepat?

Kawasan terbuka hijau sebagai daerah resapan makin kecil.  Lebih luas beton dan aspal. Belum lagi ketika daerah itu berada di bawah atau setara dengan permukaan laut. Padahal kota-kora besar memiliki kecenderungan permukaan tanah turun karena beban dan juga air bawah tanah sebagai penyangga sudah terlalu banyak diambil.

Gagasan Deddy Mulyadi juga salah satu upaya, dengan membeli pohon-pohonan sepanjang daerah aliran sungai di kawasan penyangga Jakarta. Apakah gagasan itu sudah direspon gubernur? Tampaknya tidak ada tanggapan. Pohon, terutama yang besar-besar, selain menjadi penyerap air, juga menjaga tanah di pinggir sungai tidak akan gugur atau rontok. Menjaga dari erosi yang mengotori sungai, dan menyebabkan pendangkalan. Upaya penunjang juga, sebagaimana kata Pak Bas, harus sinergi semua bidang.

Sungai itu membawa air ke muara, di mana? Laut. Suka atau tidak ya itu sarana utamanya. Nah ketika kolam penampungan itu, apakah ke saluran  menuju sungainya lancar? Atau malah menambah masalah, karena tidak adanya perawatan dan kontrol rutin?

Sungai sebagai saana murah meriah membawa air ke  bagian akhir, bagaimana keadaannya kini apakah masih sama dengan 10, 20, apalagi 30 tahun lalu? Pendangkalan hal yang sangat logis kaen lumpur, belum lagi tingkah laku jorok dan ngawur dari kita semua. Sampah, kasur saja masuk sungai kog. Artinya pendangkalan bukan hanya lumpur alamiah, namun juga gaya hidup jorok manusia. Apakah sudah ada perubahan sikap berabad-abad? Makin ngaco iya.

Lebar sungai. Bagaimana  kita bisa saksikan, apalagi perkotaan, lha di kampung-kampung saja mulai kog, ketika membangun rumah atau apapun berbatasan dengan sungai, akan mencari keuntungan dan mendesak sungai. Mengatur alur arus dan lebar sungai. Apalagi jika menjadi hunian. Pengaruh ini sangat besar. Mau baknya baik, pompanya bagus, kalau kalinya ngaco mana bisa lancar.

Gagasan Menteri PUPR, Pak  Bas  benar, sinergi, kerja sama lintas sektoral. Ini persoalan mendasar, besar, dan hanya diingat saat kejadian saja. Pas musim kemarau seolah lupa semua. Tidak ada yang ingat, bahwa berjibaku dengan air, kerusakan perabot, kadang juga surat-surat berharga. Perubahan pola peri hidup manusia.

Peran penting adalah manusia. Mau curah huja tinggi, mau kalinya sempit, kalau mau menjaga tertib hidup bersama, tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai. Minimal kali menjadi lebih lancar.  Jangan bangga kai baik, ketika got depan rumah mampet atau malah sudah menjadi pekarangan dan garasi, dengan air yang mandeg. Ini kesadaran dan cara menghormati alam. Ada keseimbangan yang baik.

Selama ini hanya berkisar pada sungai normalisasi, naturalisasi, dan curah hujan gede, ekstrem, cuaca dan selalu pihak luar yang menjadi tudingan dan alasan. Padahal perilaku manusia juga jauh lebih memegang peran. Bicara laut lebih tinggi dari daratan, lha fakta ribuan tahun ya memang demikian, tidak bisa diubah, manusianya yang ikut campur namun ngaco. Contohnya ya hidup di bantara kali yang seharusnya menjadi jalan air.

Apakah ini tidak bisa diubah? Bisa lah, cek saja gambar-gambar kali Ciliwung tahun 90-an begitu, dan bandingkan dengan yang sekarang. Jelas kog berbedaannya. Lagi-lagi ini manusianya, kehendak bebas dan baik dari pemangku kebijakan.

Perawatan. Lagi-lagi ini adalah manusia. Tidak alam, bukan cuaca. Merawat pompa tetap jalan,, alur sungai lancar, pintu sungai tidak penuh sampah. Pun dari kampung-kampung, got-got depan rumah bagus, bersih, dan lancar, semua bisa diminimalisasi persoalan tahunan ini. Masalah klasik yang sejatinya njelehi.

Kadang elit mikir proyek, bukan soal kesejahteraan bersama. Dana untuk mengatasi banjir itu pasti gede, dan lebih enak begitu dari pada susah-susah mencegah banjir dengan pengeluaran gede tapi tidak mendapatkan fee. Mental makelar namun jadi pengelola  negara atau daerah.

Paling lama juga pril ketika hujan sudah jarang, lupa lagi, kembali seperti semula. Nabung untuk perbaikan rumah, beli perabot, dan menabung juga masalah lingkungan. Ini bukan semata mengenai kali harus diapakan, namun mengubah pola perihidup yang mau berbela rasa pada alam. Lingkungan yang selalu saja diperkosa dan dipersalahkan atas perilaku korup dan ngaco manusia.

Selama ini membully alam, ketika dibalas dengan sedikit saja sudah mengamuk tidak karu-karuan. Kapan sih mau peduli dan berbela rasa pada alam yang sudah menghidupi kita? Masalah klasik, terulang, banjir dan kekeringan. Padahal sangat mungkin bisa diatasi dan disiasati, tinggal  kemauan dan kehendak baik untuk berubah. Berbela rasalah pada alam, sedikit saja.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun