Selama ini hanya berkisar pada sungai normalisasi, naturalisasi, dan curah hujan gede, ekstrem, cuaca dan selalu pihak luar yang menjadi tudingan dan alasan. Padahal perilaku manusia juga jauh lebih memegang peran. Bicara laut lebih tinggi dari daratan, lha fakta ribuan tahun ya memang demikian, tidak bisa diubah, manusianya yang ikut campur namun ngaco. Contohnya ya hidup di bantara kali yang seharusnya menjadi jalan air.
Apakah ini tidak bisa diubah? Bisa lah, cek saja gambar-gambar kali Ciliwung tahun 90-an begitu, dan bandingkan dengan yang sekarang. Jelas kog berbedaannya. Lagi-lagi ini manusianya, kehendak bebas dan baik dari pemangku kebijakan.
Perawatan. Lagi-lagi ini adalah manusia. Tidak alam, bukan cuaca. Merawat pompa tetap jalan,, alur sungai lancar, pintu sungai tidak penuh sampah. Pun dari kampung-kampung, got-got depan rumah bagus, bersih, dan lancar, semua bisa diminimalisasi persoalan tahunan ini. Masalah klasik yang sejatinya njelehi.
Kadang elit mikir proyek, bukan soal kesejahteraan bersama. Dana untuk mengatasi banjir itu pasti gede, dan lebih enak begitu dari pada susah-susah mencegah banjir dengan pengeluaran gede tapi tidak mendapatkan fee. Mental makelar namun jadi pengelola  negara atau daerah.
Paling lama juga pril ketika hujan sudah jarang, lupa lagi, kembali seperti semula. Nabung untuk perbaikan rumah, beli perabot, dan menabung juga masalah lingkungan. Ini bukan semata mengenai kali harus diapakan, namun mengubah pola perihidup yang mau berbela rasa pada alam. Lingkungan yang selalu saja diperkosa dan dipersalahkan atas perilaku korup dan ngaco manusia.
Selama ini membully alam, ketika dibalas dengan sedikit saja sudah mengamuk tidak karu-karuan. Kapan sih mau peduli dan berbela rasa pada alam yang sudah menghidupi kita? Masalah klasik, terulang, banjir dan kekeringan. Padahal sangat mungkin bisa diatasi dan disiasati, tinggal  kemauan dan kehendak baik untuk berubah. Berbela rasalah pada alam, sedikit saja.
Terima kasih dan salam